Selasa, 31 Agustus 2010

Syahrul Yasin Limpo dan Ilham Arief Sirajuddin, Dua Kutub Konstalasi Sulawesi Selatan

Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Golkar Aburizal Bakrie mempersilakan mantan Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Golkar Sulsel Ilham Arief Sirajuddin untuk pindah partai.

Ical mengemukakan hal itu saat menggelar jumpa pers di rumah makan Dapur Sulawesi, Makassar, Senin (30/8). Pria yang akrab dipanggil Ical itu ke Makassar dalam rangka Safari Ramadan DPP Golkar. Ical ke Makassar bersama pengurus DPP lainnya, Fadel Muhammad yang juga menteri perikanan dan kelautan.
Ical yang juga pemilik Bakrie Group ini mengaku sangat puas dengan performa dan kinerja yang ditunjukkan oleh Ketua DPD I Golkar Sulsel sekarang, Syahrul Yasin Limpo, yang juga Gubernur Sulsel.
"Silakan saja karena yang saya dengar juga dia (Ilham) sudah bergabung dengan salah satu partai terbesar (Demokrat). Yang pasti saya puas dengan performance Syahrul membawahi Golkar di Sulsel," katanya.
Di bawah kepemimpinan Syahrul, Golkar Sulsel berhasil memenangkan tujuh pilkada serentak yang digelar di Sulsel. Golkar Sulsel hanya mengalami kekalahan di Pilkada Maros, Soppeng, dan Bulukumba.
Ical pun mengaku tidak mempermasalahkan jika memang telah ada beberapa partai yang mengungkapkan ketertarikannya untuk mendukung Ilham di Pemilihan
Gubernur Sulsel 2013 mendatang.
Pernyataan Ical tersebut disampaikan kepada wartawan di sela-sela wawancara tentang hubungan Indonesia-Malaysia yang semakin memanas. Saat Ical asyik memberi komentar soal "semangat ganyang Malaysia" yang kembali mengemuka, Syahrul memotong dan mengajak wartawan bertanya topik lain. "Sudah, kita tinggalkan Malaysia, kita bicara lain lagi," kata Syahrul yang mendampingi Ical.
Wartawan bertanya tentang Golkar Sulsel, termasuk soal posisi Ilham di Golkar. Lalu muncullah pernyataan Ical tersebut.
Sebelumnya, bersama dengan segenap fungsionaris dan pengurus DPD Golkar Sulsel, Ical menyerahkan santunan secara simbolik uang tunai Rp 25 ribu dan Al-Quran kepada 2.500 anak panti asuhan di Sulsel.
Golkar Sulsel menargetkan dapat menyalurkan santunan kepada 25 ribu anak panti asuhan di seluruh Sulsel dengan dibantu oleh 24 pengurus Golkar di kabupaten dan kota.

Penilaian Publik
Dihubungi terpisah, Ilham menolak mengomentari lebih jauh soal sikap Ical tersebut. "Rasa-rasanya saya tidak pantas mengomentarinya. Itu penilaian beliau. Saya yakin, masyarakat dan kader Golkar juga sudah punya penilaian," kata Ilham.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Maruarar Siraij "meminang" Ilham untuk dicalonkan oleh PDIP dalam Pilgub Sulsel mendatang.
Hari Jumat (27/8) lalu, giliran Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali yang menyatakan ketertarikan mendukung Ilham dalam pilgub.
"Saya kira apresiasi-apresiasi seperti itu tidak muncul begitu saja. Mungkin ada sesuatu yang mereka lihat. Saya yakin, penilaian masyarakat juga seperti itu," ujar Ilham.
Pengamat politik Unhas, Andi Ahmad Yani, menyatakan, pernyataan Ical itu menjustifikasi sikap DPP terhadap apa yang selama ini berkembang tentang isu Ilham akan tinggalkan Golkar.
"Pernyataan Aburizal itu secara otomatis menjustifikasi sikap DPP terhadap wacana yang selama ini berkembang bahwa Ilham akan meninggalkan Golkar. Sekaligus semakin menjustifikasi bahwa yang terjadi di Musda Golkar Sulsel karena adanya intervesi pusat," ujar alumnus Universitas Hawaii, Amerika Serikat, tersebut.

Misteri Musda
MUSYAWARAH Daerah (Musda) DPD I Partai Golkar Sulsel sudah berlalu beberapa bulan. Syahrul sudah sembilan bulan lebih memimpin partai beringin di lumbung Golkar, Sulsel.
Namun, apa yang terjadi dalam hitungan menit, pada Minggu (15/11/2009) itu, masih misteri. Beberapa saksi mata dan kader Golkar memilih bungkam soal tersebut.
Beberapa jam menjelang terpilihnya Syahrul menjadi Ketua Golkar Sulsel secara aklamasi pada hari itu menjadi laksana sisi gelap dalam catatan perjalanan sejarah Golkar Sulsel.
Kemenangan Syahrul diiringi pertanyaan besar yang tiada kuasa dijawab oleh kader maupun elite Golkar. Ada apa dengan aklamasi-voting? Mengapa Syahrul tidak mau voting sementara ia dan timnya yakin sudah mengantongi dukungan 19 DPD II? Mengapa Ilham Arief Sirajuddin tiba-tiba mundur?
Pertanyaan itu disusul pertanyaan berikutnya, mengapa tidak ada Ketua Harian DPD I Partai Golkar Sulsel sementara Sulawesi Barat (Sulbar) yang wilayah kerjanya jauh lebih sempit dari Sulsel memiliki ketua harian?
Sumber Tribun di internal Golkar mengatakan, Syahrul menolak voting semata untuk menagih janji DPP. "Syahrul merasa dipermainkan oleh DPP Golkar karena ia menyatakan bersedia maju setelah dibujuk oleh DPP dan DPP menjanjikan bahwa dia akan terpilih secara aklamasi," jelas sumber tersebut.
Janji DPP itulah yang dipegang Syahrul sehingga ia bersikuku menolak voting. Sementara Ilham sejak awal menolak aklamasi. "Saya yakin, Pak Ilham dan Pak Syahrul akhirnya sadar bahwa mereka telah 'diadu' oleh DPP," kata sumber itu.
Yang pasti, suasana di Hotel Aryaduta, Makassar, dari pukul 09.00 wita, Minggu (15/11/2009) itu mulai mencekam. Pendukung Syahrul dan Ilham mulai mamadati lobi hotel dengan menggunakan atribut masing-masing.
Pendukung Syahrul menggunakan atribut FKPPI, AMPG, serta Kosgoro. Sementara pendukung Ilham mengenakan kaos AMPI.
Sekitar pukul 12.00 wita, DPP meminta pemilihan dipercepat untuk mengantisipasi keamanan jika pemilihan digelar malam hari.
Pukul 12.36 wita, Ilham meninggalkan lokasi musda dengan berjalan kaki bersama sejumlah kerabatnya ke masjid di Jl Maipa. Ia baru kembali ke lokasi musda sekitar Pukul 13.10 wita.
Beberapa saat kemudian, sejumlah pengurus DPD I dan DPP memasuki ruangan tempat pemilihan akan dilangsungkan. Pengurus DPP yang hadir di antaranya, Nurdin Halid, Idrus Marham, Fachri A Laluasa, dan Syamsul Bahri. Syahrul tiba di arena musda mengendarai bus beserta sejumlah ketua DPD II Golkar, di antaranya, Soppeng, Pangkep, Takalar, dan Jeneponto.

Pukul 14.23 wita, sidang diskor selama 10 menit. Nurdin yang memimpin sidang memberi kesempatan kepada Syahrul dan lham untuk mengisi formulir. Keduanya mengisi di ruangan tertutup.
Puncaknya, Pukul 15.15 wita, Syahrul dan Ilham sepakat tidak bersaing di pemilihan ketua. Keduanya mengembalikan ke pimpinan sidang (Nurdin) untuk mengambil keputusan. Nurdin menskorsing sidang selama 30 menit untuk melakukan kolsultasi dengan DPP.
Suasana masih terus memanas. Hingga akhirnya pada pukul 21.00 wita, Syahrul diotetapkan menjadi Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel menggantikan Ilham yang telah habis masa jabatannya. Para pendukung Syahrul menyebut bahwa musda berakhir aklamasi karena Ilham mundur, sedangkan Ilham mengaku tidak pernah mundur dalam musda tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tulis Komentar Anda