Sabtu, 31 Juli 2010

Proyek Naturalisasi Sepak Bola PSSI ; Frustrasi Mencari 11 Pemain Dari 238 Juta Penduduk Indonesia

Menyusul hasil buruk yang diraih timnas senior dan U-23, PSSI mulai membuka pintu kepada pemain di luar Indonesia untuk membela negara leluhurnya di masa mendatang. Nurdin Halid, ketua umum PSSI, mengatakan, pemain yang dibidik untuk menjadi pemain naturalisasi masih berusia di bawah 21 tahun. Pemain ini dibidik untuk masuk timnas U-23 yang akan diturunkan di SEA Games 2011 mendatang guna memenuhi target meraih medali emas.

“Kami telah menyiapkan tim untuk memantau dan menyeleksi pemain. Banyak sekali pemain yang berpotensi. naturalisasi pemain merupakan salah satu opsi meningkatkan kemampuan timnas selain memaksimalkan pembinaan,” ujar Nurdin di Sekretariat PSSI. Ditambahkan, berdasar hasil pengumpulan data semantara, saat ini pemain yang mempunyai darah Indonesia tercatat lima orang di Australia dan belasan lainnya di Eropa, sebagian besar di Belanda.

PSSI kini sedang berupaya mendekati pemain itu agar bersedia membela panji Merah Putih. Namun Nurdin belum mau mengungkapkan nama pemain yang sedang dibidik. Otorisasi sepakbola nasional itu berharap para pemain yang namanya sudah berada dalam daftar tersebut bisa segera memberikan jawaban, agar tim dapat dibentuk secepat mungkin.

Wacana naturalisasi pemain asing untuk memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia mendapat respon negatif dari para mantan pemain nasional. Mereka menilai naturalisasi pemain adalah cara instan untuk meningkatkan prestasi. Tapi cara itu dikhawatirkan akan semakin meminggirkan pembinaan pemain muda di Indonesia.

“Itu hanya cara instan. Seharusnya usaha untuk meningkatkan prestasi bukan melalui cara itu, tetapi dengan meningkatkan pembinaan,” kata Patar Tambunan, mantan pemain era 1980-an. “Perbanyak saja lapangan sepak bola di Indonesia. Nanti juga akan jadi sendiri.”

Patar menilai naturalisasi pemain juga tidak akan meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia secara signifikan. Pasalnya pemain yang akan dinaturalisasi bukan merupakan pemain kelas satu di Eropa. “Untuk tingkat Asia Tenggara bisa saja naturalisasi mendongkrak prestasi kita. Tetapi untuk Asia dan dunia agak sulit kalau yang dinaturalisasi bukan pemain Eropa kelas satu. Mungkin PSSI ingin cara cepat meningkatkan prestasi kita. Tapi cara yang tepat sesungguhnya bukan melalui itu,” lanjut asisten pelatih Persija U-21 itu.

Penilaian yang sama dinyatakan mantan pemain nasional lain, Risdianto. Ia menilai naturalisasi hanya merupakan jalan pintas. Risdianto juga menyatakan bahwa cara terbaik meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia adalah meningkatkan pembinaan, terutama pembinaan usia muda. “Harus ditemukan cara terbaik untuk melakukan pembinaan pemain muda. Dan cara itu harus dilakukan. Saya sendiri tidak tahu caranya seperti apa,” kata pemain yang mulai membela Tim Merah Putih di akhir 1970-an itu.

Sugih Handarto alias Han Liang Gie, mantan asisten pelatih legendaris Indonesia asal Belanda, Wiel Coerver, bahkan mengatakan tidak sependapat rencana naturalisasi. “Saya tidak sependapat. Lebih baik menciptakan bintang-bintang sendiri yang asli Indonesia,” kata pelatih yang kini berusia 76 tahun itu. “Pemain naturalisasi belum tentu bisa memberikan kemampuan 100 persen buat Indonesia,” lanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tulis Komentar Anda