Kamis, 26 Mei 2011

Cara Kim Jong Il dan Bawahannya Membangun Koordinasi Korut

Kim Jong Il menjadi pemimpin Korea Utara (Republik Demokratik Rakyat Korea) sejak tahun 1994 menggantikan ayahnya (Kim Il Sung 1944 - 1994 mendapat gelar The great Leader dan pemimpin abadi di Korea Utara). Hingga kini Kim Jong Il telah menjabat selama 17 tahun sebagai Presiden, sebagai Ketua Komisi Pertahanan Korea Utara, sebagai Komandan Utama Rakyat Korea Utara dan sebagai Sekjen Partai Buruh Korea Utara.

Terlepas dari masalah politik (pro dan kontra) dan hubungan internasionalnya dengan AS dan PBB atau dalam konstelasi Geopolitik, mari kita lihat sejenak apa yang dilakukan oleh salah satu politikus paling misterius di dunia saat ini (selain Khadafi dan sebagainya) dalam menjalin koordinasi antara pemimpin dengan bawahannya.

Selain fokus terhadap rencana umum negara jangka panjang dan jangka pendek, Kim Jong Il mengambil keputusan dan membuat kebijakan yang seluruhnya bermuara terhadap visi negara yang berhaluan Republik Komunis, sistem pemerintahan terpusat dan cita-cita bangsa yang terdapat dalam kebangsaan mereka “Achumun Pinara” yang berarti “Semoga memancar sinar pagi.”

Tak heran, dalam setiap kunjungan kerjanya baik terbuka maupun rahasia ke berbagai wilayah dalam dan sekali-sekali ke luar negeri, pada setiap pertanyaan, brifing dan peritahnya beberapa ajudan telah siap dengan keras (memo) menulis setiap kata-katanya yang meluncur dari ucapannya.

Para penulis yang berjumlah 4-5 orang senantiasa mencatat, menyamakan isi catatan dan menemukan satu kesamaan arti dan kesimpulan dari satu perintah atau pandangan KimJong Il tanpa ada perbedaan arti baik secara tersurat maupun tersirat.

Para penulis melakukan koordinasi menyamakan persepsi mereka. Setelah menemukan kesamaan arti tidak perlu menunggu lama-lama. Pesan yang disampaikan oleh pemimpin (Presiden) mereka telah sampai ke seluruh desa dan SIAP untuk dilaksanakan oleh warga Korea Utara yang mencapai 24 juta jiwa tersebut.

Pasukan pengawal Kepresidenan Korea Utara menyiapkan ajudan-ajudan yang menguasai berbagai seluk beluk persoalan yang senantiasa mendampingi presiden. Mereka berbaur dengan para staf dan ajudan lainnya yang juga mempunyai kemampuan menulis dan memahami arahan ‘Bos” mereka dengan cepat, tepat dan akurat.

Tak pernah ada kasus salah koordinasi dan salah penyampaian tugas atau perintah Presiden terhadap masalah apapun. Tak pernah ada berlama-lama merumuskan perintah dan arahan Presiden. Tak pernah juga ada salah dalam menterjemahkan perintah presiden. Lebih luas lagi dari hal itu adalah pesan presiden yang mereka catat dan tulis dipublikasikan dalam media masa milik pemerintah dan swata hingga kantor berita dan stasiun televisi dengan BENAR dan Tepat tanpa pretensi serta pengertian apapun selain topik dan tujuan yang amat jelas.

Akibatnya, tak heran rakyat Korea Utara sangat disiplin. Meski kehiduan mereka secara ekonomi kalah dibanding tetangga mereka yang jauh lebih maju dan modern tapi peradaban dan eksistensi mereka di mata dunia Internasional sangat tinggi. Korea Utara disegani oleh kawan dan lawan.

Banyak kejadian-kejadian atau cobaan penting yang mengancam eksistensi negara dan bangsa mereka, tapi semua dapat dilalui dengan merapatkan barisan, menyamakan visi dan misi dan satu semangat dari satu perintah seorang pemimpin yang menganut sistem desentralisasi dalam berbagai hal.

Rakyat Korea Utara bangga sebagai rakyat negaranya. Rakyat Korea Utara loyal terhadap bangsa dan negaranya, Pemerintahan pun satu kata mendisiplinkan mental dan kemampuannya untuk melayani bangsa dan negaranya. Meskipun tingkat kemiskinan dan kemajuan jauh tertinggal dibanding Korsel dalam bidang perekomian tapi harga diri dan martabad atau marwah sebagai sebuah bangsa yang disegani dunia tetap melekat hingga kini

Semua kelebihan itu meluncur dari perintah dan kebijakan yang meluncur dari ucapa, pandangan, arahan dan kritikan dari seorang pemimpin bermental baja dan ditulis dengan benar dan tepat oleh para ajudan yang memilki kemampuan koordinasi yang sangat apik dan membanggakan.

Apakah kita bisa belajar dari Korea Utara dalam masalah ini, sehingga para pembantu Presiden tidak memiliki pengertian masing-masing dalam menjalankan perintah atau tugas presiden dan malah sering membuat presiden bingung sendiri? Atau kebalikannya, bisakah Presiden kita membuat para ajudan berlaku seperti di atas?

Tak perlu Ipod, tak perlu Epad, tak perlu tablet atau Capsul atau perangkat Gadget yang modern, yang penting cerdas, cermat dan pintar menjalankan perintah dengan benar, tanpa pretensi apapun selain yang tertera dalam perintah. Mungkinkah ini terjadi..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tulis Komentar Anda