Kota Makassar mengalami kerugian sekitar Rp 800 juta per hati akibat kemacetan lalu lintas yang setiap hari terjadi. Nilai kerugian akibat kemacetan ini masih di bawah Bandung sebesar Rp 1,78 miliar dan Jakarta sebesar Rp 14,8 miliar.
"Ini harus dipikirkan dan dicari solusinya," kata pakar transportasi Lambang Basri Said dalam seminar Menggagas Masa Depan Transportasi Kota Makassar beberapa waktu lalu. Penyumbang kemacetan tertinggi di Makassar adalah kendaraan umum atau pete-pete yang mencapai 4.550 unit. Padahal yang dibutuhkan 2.699 unit. Selain itu masih ada becak yang jumlahnya mencapai 25.000 unit dan hanya 16.000 unit yang memiliki ijin. Keberadaan becak mengganggu ruas jalan hingga 29 persen, ditambah lagi kehadiran bentor yang semakin semrawut.
Sementara itu pertumbuhan kendaraan pribadi di Makassar mencapai 22.799 unit, taksi 1.055 unit, dan motor 306.814 unit. "Pengembangan manajemen prasarana dan sarana lalu lintas di Makassar harus dirubah," kata Lambang. Menurut Lambang, perlu ada pembatasan jenis kendaraan tertentu yang dapat melintas jalan utama. Dia menyarankan pemerintah membangun bus massal seperti Transjakarta di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda