citizen reporter
Zulfikar Amri, Ketua Umum Wahana Kerja Mahasiswa Makassar (WKMM)
melaporkan dari Makassar
PENGURUS Wahana Kerja Mahasiswa Makassar (WKMM) menyatakan sikap atas bentrok berdarah pihak kepolisian dengan warga di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) saat warga menolak pertambangan PT. Sumber Mineral Nusantara di Sape, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, yakni dua orang tewas dan delapan lainnya luka-luka.
Atas insiden tersebut, Wahana Kerja Mahasiswa Makassar (WKMM) menuntut Kapolri Jenderal Timur Pradopo untuk mencopot Kapolda NTB beserta seluruh jajaran yang terlibat, dan memeriksa pejabat Bupati Bima sekaitan izin tambang PT. Sumber Mineral Nusantara.
Sulfikar Amri, Ketua Umum WKMM mengatakan membunuh adalah kejahatan kemanusiaan, tak ada pembenaran walau dengan alasan ketertiban sosial dan pelayanan umum, tindakan aparat kepolisian yang mengarahkan tembakan kepada pengunjuk rasa sewenang-wenang dan mengkhianati perjuangan rakyat untuk mendapatkan hak berdemokrasi dan berkesejahteraan, sebagai polisi sipil, seharusnya mereka melindungi masyarakat, jika kepolisian hari ini tidak bermental polisi kolonial, mestinya mereka memiliki nurani kemanusiaan, polisi harusnya pro-sipil.
Azman Muchlis, Sekretaris Umum WKMM mengatakan, polisi yang terlibat penembakan harus dicopot dan diadili, jangan berdalih "kita tunggu prosedur hukum sidang kode etik" lalu akhirnya kasus HAM ini dipeti-eskan, ini berbahaya, kasus mesuji, kasus freeport, kasus lonsum bulukumba, kasus banggai, selalu akarnya adalah pertambangan dan perkebunan.
"Seharusnya polisi sebagai aparat penegak hukum lebih mengetahui etika hukum yang berlaku, warga menduduki pelabuhan sape tentu ada pemicunya, akar permasalahan adalah keberadaan penambang, ini malah menembaki pendemo, sepertinya derajat kemanusiaan lebih murah dibanding pergerakan ekonomi di pelabuhan tersebut, periksa dulu penambang itu, periksa bupatinya, dengarkan aspirasi rakyat, janganlah aparat keamanan membela kepentingan perusahaan, ini fakta bahwa pemerintah sangat pro-korporatisme, inilah neo-imperialisme, rakyat harus berhadapan dengan melawan para pemodal, dan perusahaan tidak perlu berhadapan langsung dengan rakyat, tapi diwakili oleh bedil aparat keamanan, lalu masih adakah kedaulatan rakyat? inilah yang membuat rakyat tidak berdaulat lagi, bangsa ini membentuk rakyat frustatif, bangsa pemarah, anarkistik, karena saluran aspirasi buntu"
Sementara itu, Herman Syam Asmara Putra, Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO-WKMM) menegaskan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus menghentikan keberpihakan kepada investor, nasionalisme tergadai oleh kepentingan asing, pejabat jangan jadi agen asing di negeri sendiri, kepolisian juga sebaiknya jangan mau diperalat, yang secara membabi-buta membantai rakyat, inilah siklus kekerasan di negeri kita, produk kebijakan terhadap investor lokal dan asing yang merugikan rakyat itu juga bentuk kekerasan terhadap rakyat, rakyat melawan disebut anarkis, padahal mereka melawan karena dimiskinkan, ekosistem rusak, akar budaya terhempas angka-angka investasi, jadi sumbernya adalah kebijakan ekonomi nasional yang tidak pro-rakyat
Sukandar Ridwan, Wakil Ketua Umum WKMM menghimbau kepada elemen mahasiswa makassar untuk terus mengawal kasus Bima, "kasus seperti ini membosankan, parade kekerasan aparat harus dihentikan, mahasiswa harus mengawal kasus ini sampai tuntas, presiden harus bertanggung jawab" pungkasnya.
Senin, 26 Desember 2011
Minggu, 25 Desember 2011
Bentrok Bima; Perlukah Polisi Bawa Senapan Serbu Saat Hadapi Pendemo?
Bentrok antara polisi dan warga yang melakukan unjuk rasa sering terjadi. Di Bima, setidaknya dua orang tewas terkena tembakan aparat. Standar pengamanan unjuk rasa yang membolehkan polisi menyandang dan menggunakan senjata api pun dipertanyakan.
"Ini semua harus dievaluasi. Apakah saat menghadapi rakyat harus membawa senapan serbu?" ujar Penasihat Indonesia Police Watch, Johnson Panjaitan kepada detikcom, Minggu (25/12/2011).
IPW menyoroti tindakan kekerasan yang dilakukan polisi pada masyarakat. Selain di Bima, polisi juga melakukan kekerasan saat mengamankan unjuk rasa rakyat yang menuntut hak tanah miliknya di berbagai daerah. Johnson pun menyindir Polri sudah menjadi petugas keamanan pertambangan.
"Apa perlu kita kumpulkan uang seperti Freeport bayar uang keamanan Polri agar Polri memihak dan mau mengamankan rakyat," sindirnya.
Evaluasi penggunaan senjata harus segera dilakukan. Dengan senjata api berpeluru tajam, penanganan konflik akan selalu berujung represif. Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar menjelaskan evaluasi penggunaan senjata api pernah dilakukan kepolisian London. Saat itu komandan polisi London melihat anak buahnya sudah berlaku sedemikian represif. Maka para komandan pun menarik dan menyimpan semua senjata api polisi itu.
"Jadi polisi itu belajar menyelesaikan unjuk rasa dengan dialog. Bukan dengan kekerasan dan menggunakan senjata api," terang Bambang saat dihubungi terpisah.
Ketum Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengecam keras tindakan brutal aparat keamanan yang penembakan terhadap pengunjuk rasa di Bima, Nusa Tenggara Barat.
"Tindakan tersebut mencerminkan tirani dan arogansi kekuasaan, dari negara dan aparat negara yang tidak melindungi rakyatnya," kata Din dalam siaran pers tertulisnya pada Minggu (25/11/2011).
Lanjutnya, bentrok di Bima berpangkal pada kebijaksanaan pemerintah yang tidak bijak, tidak berpihak kepada rakyat dan hanya membela kepentingan pengusaha.
"Seyogyanya aspirasi rakyat diperhatikan dan dipertimbangkan melalui dialog-dialog intensif dan persuasif," tegasnya.
Tindakan aparat keamanan, kata dia, yang melakukan penembakan hingga menewaskan dua orang warga sipil merupakan pelanggaran HAM berat yang harus diproses melalui jalur hukum secara berkeadilan.
"Kami meminta Presiden SBY untuk tidak tinggal diam dan mendesak Kapolri untuk bertaggung jawab," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya dua orang yakni Arief Rachman (18) dan Syaiful (17) tewas dan 22 orang terluka dalam bentrokan warga dengan aparat keamanan di Bima. Bentrok tersebut berawal dari enggannya warga untuk meninggalkan Pelabuhan Penyebrangan ASDP Sape yang sudah diduduki sejak Senin 19 Desember lalu.
Polisi yang berjumlah sekira 300 personel awalnya melakukan upaya persuasif untuk meminta warga yang menolak pertambang di milik PT Sumber Mineral Nusantara untuk membuarakan diri.
Diduga upaya tersebut mengalami jalan buntu, petugas yang berasal dari Brimob Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumba, Kabupaten Mataram, Nusa Tenggara Barat, dan Gegana dari Brimob Matara langsung melakukan upaya pembubaran paksa.
Alhasil bentrok antar warga dengan polisi tidak terhindarkan. Dalam tuntutannya, massa meminta agar Bupati Bima Ferry Zulkarnaen untuk mencabut izin pertambangan seusai degan SK 188 tentang izin pertambangan. Namun Ferry mengaku tidak bisa mencabut izin tersebut dan hanya bisa dilakukan penghentian eksplorasi selama setahun.
Upaya persuasif yang dilakukan aparat kepolisian dan pemerintah Bima, NTB tidak berbuah hasil. Hingga akhirnya pada Senin 19 Desember lalu warga menutup Pelabuhan Sape.
Alhasil aktivitas di pelabuhan selama hampir sepekan lumpuh. Sejumah kendaraan yang ada di dalam kapal penyeberangan tidak bisa keluar dari pelabuhan akibat pendudukan pelabuhan oleh massa.
"Ini semua harus dievaluasi. Apakah saat menghadapi rakyat harus membawa senapan serbu?" ujar Penasihat Indonesia Police Watch, Johnson Panjaitan kepada detikcom, Minggu (25/12/2011).
IPW menyoroti tindakan kekerasan yang dilakukan polisi pada masyarakat. Selain di Bima, polisi juga melakukan kekerasan saat mengamankan unjuk rasa rakyat yang menuntut hak tanah miliknya di berbagai daerah. Johnson pun menyindir Polri sudah menjadi petugas keamanan pertambangan.
"Apa perlu kita kumpulkan uang seperti Freeport bayar uang keamanan Polri agar Polri memihak dan mau mengamankan rakyat," sindirnya.
Evaluasi penggunaan senjata harus segera dilakukan. Dengan senjata api berpeluru tajam, penanganan konflik akan selalu berujung represif. Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar menjelaskan evaluasi penggunaan senjata api pernah dilakukan kepolisian London. Saat itu komandan polisi London melihat anak buahnya sudah berlaku sedemikian represif. Maka para komandan pun menarik dan menyimpan semua senjata api polisi itu.
"Jadi polisi itu belajar menyelesaikan unjuk rasa dengan dialog. Bukan dengan kekerasan dan menggunakan senjata api," terang Bambang saat dihubungi terpisah.
Ketum Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengecam keras tindakan brutal aparat keamanan yang penembakan terhadap pengunjuk rasa di Bima, Nusa Tenggara Barat.
"Tindakan tersebut mencerminkan tirani dan arogansi kekuasaan, dari negara dan aparat negara yang tidak melindungi rakyatnya," kata Din dalam siaran pers tertulisnya pada Minggu (25/11/2011).
Lanjutnya, bentrok di Bima berpangkal pada kebijaksanaan pemerintah yang tidak bijak, tidak berpihak kepada rakyat dan hanya membela kepentingan pengusaha.
"Seyogyanya aspirasi rakyat diperhatikan dan dipertimbangkan melalui dialog-dialog intensif dan persuasif," tegasnya.
Tindakan aparat keamanan, kata dia, yang melakukan penembakan hingga menewaskan dua orang warga sipil merupakan pelanggaran HAM berat yang harus diproses melalui jalur hukum secara berkeadilan.
"Kami meminta Presiden SBY untuk tidak tinggal diam dan mendesak Kapolri untuk bertaggung jawab," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya dua orang yakni Arief Rachman (18) dan Syaiful (17) tewas dan 22 orang terluka dalam bentrokan warga dengan aparat keamanan di Bima. Bentrok tersebut berawal dari enggannya warga untuk meninggalkan Pelabuhan Penyebrangan ASDP Sape yang sudah diduduki sejak Senin 19 Desember lalu.
Polisi yang berjumlah sekira 300 personel awalnya melakukan upaya persuasif untuk meminta warga yang menolak pertambang di milik PT Sumber Mineral Nusantara untuk membuarakan diri.
Diduga upaya tersebut mengalami jalan buntu, petugas yang berasal dari Brimob Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumba, Kabupaten Mataram, Nusa Tenggara Barat, dan Gegana dari Brimob Matara langsung melakukan upaya pembubaran paksa.
Alhasil bentrok antar warga dengan polisi tidak terhindarkan. Dalam tuntutannya, massa meminta agar Bupati Bima Ferry Zulkarnaen untuk mencabut izin pertambangan seusai degan SK 188 tentang izin pertambangan. Namun Ferry mengaku tidak bisa mencabut izin tersebut dan hanya bisa dilakukan penghentian eksplorasi selama setahun.
Upaya persuasif yang dilakukan aparat kepolisian dan pemerintah Bima, NTB tidak berbuah hasil. Hingga akhirnya pada Senin 19 Desember lalu warga menutup Pelabuhan Sape.
Alhasil aktivitas di pelabuhan selama hampir sepekan lumpuh. Sejumah kendaraan yang ada di dalam kapal penyeberangan tidak bisa keluar dari pelabuhan akibat pendudukan pelabuhan oleh massa.
Jumat, 23 Desember 2011
Tata Surya Miliki Dua Planet Baru Seukuran Bumi
Misi Kepler dari badan antariksa Amerika Serikat (NASA) memastikan telah menemukan dua planet seukuran Bumi yang mengorbiti sebuah bintang seperti Matahari dalam sistem tata surya kita, demikian NASA seperti dikutip Reuters, Kamis (22/12)
NASA menyebut penemuan ini adalah tonggak bersejarah dalam misi pencarian planet-planet serupa Bumi.
Kedua planet yang dinamai Kepler-20e dan Kepler-20f ini adalah planet-planet terkecil di luar sistem tata surya yang dikonfirmasi mengelilingi sebuah bintang seperti Matahari, demikian NASA.
Kedua planet baru ini terlalu dekat ke bintang mereka untuk bisa disebut berada di zona layak ditempati kehidupan (habitable zone) di mana ada air likuid pada permukaan planet.
"Penemuan ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa planet-planet seukuran Bumi ada di sekitar bintang-bintang lain (di luar Matahari) dan bahwa kita mampu mendeteksinya," kata Francois Fressin dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts.
Kedua planet baru ini diyakini sebagai planet berbatu. Kepler-20e agak lebih kecil dibandingkan Venus, dengan radius 0,87 kali dari jari-jari Bumi.
Kepler-20f sedikit lebih besar dibandingkan Bumi dengan jari-jari 1,03 kali jari-jari Bumi. Kedua planet ini berada di sistem beranggotakan lima planet yang dinamai dengan Kepler-20, sedangkan jaraknya adalah 1.000 tahun cahaya dalam konstelasi Lyra.
Kepler-20e mengorbiti bintangnya setiap 6,1 hari, sementara Kepler-20f mengorbit setiap 19,6 hari.Kepler-20f, yang bersuhu 800 derajat Fahrenheit, mirip dengan rata-rata hari planet Merkurius.
Suhu di permukaan Kepler-20e yang mencapai lebih dari 1.400 derajat Fahrenheit, bisa melelehkan kaca.
Teleskop ruang angkasa Kepler mendeteksi planet-planet dan calon planet dengan mengukur kekuatan cahaya lebih dari 150.000 bintang ketika planet-planet melintas di depan bintang-bintangnya.
NASA menyebut penemuan ini adalah tonggak bersejarah dalam misi pencarian planet-planet serupa Bumi.
Kedua planet yang dinamai Kepler-20e dan Kepler-20f ini adalah planet-planet terkecil di luar sistem tata surya yang dikonfirmasi mengelilingi sebuah bintang seperti Matahari, demikian NASA.
Kedua planet baru ini terlalu dekat ke bintang mereka untuk bisa disebut berada di zona layak ditempati kehidupan (habitable zone) di mana ada air likuid pada permukaan planet.
"Penemuan ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa planet-planet seukuran Bumi ada di sekitar bintang-bintang lain (di luar Matahari) dan bahwa kita mampu mendeteksinya," kata Francois Fressin dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts.
Kedua planet baru ini diyakini sebagai planet berbatu. Kepler-20e agak lebih kecil dibandingkan Venus, dengan radius 0,87 kali dari jari-jari Bumi.
Kepler-20f sedikit lebih besar dibandingkan Bumi dengan jari-jari 1,03 kali jari-jari Bumi. Kedua planet ini berada di sistem beranggotakan lima planet yang dinamai dengan Kepler-20, sedangkan jaraknya adalah 1.000 tahun cahaya dalam konstelasi Lyra.
Kepler-20e mengorbiti bintangnya setiap 6,1 hari, sementara Kepler-20f mengorbit setiap 19,6 hari.Kepler-20f, yang bersuhu 800 derajat Fahrenheit, mirip dengan rata-rata hari planet Merkurius.
Suhu di permukaan Kepler-20e yang mencapai lebih dari 1.400 derajat Fahrenheit, bisa melelehkan kaca.
Teleskop ruang angkasa Kepler mendeteksi planet-planet dan calon planet dengan mengukur kekuatan cahaya lebih dari 150.000 bintang ketika planet-planet melintas di depan bintang-bintangnya.
Nazar Sebarkan Bukti Peran Anas-Angie
Terdakwa perkara suap dalam proyek Wisma Atlet, Muhammad Nazaruddin, menyebarkan bukti peran Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh dalam kasus proyek pembangunan Stadion Hambalang dan Wisma Atlet SEA Games XXVI.
Ia, misalnya, menunjukkan sejumlah salinan kuitansi yang disebutnya sebagai bukti keterlibatan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Proyek Wisma Atlet satu kesatuan dengan Hambalang, dan yang menyeting adalah Anas Urbaningrum," katanya setelah majelis hakim menutup sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi DKI Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.
Sebelumnya, majelis hakim yang dipimpin oleh Dhamawati Ningsih memutuskan menolak eksepsi Nazar, dan melanjutkan sidang pada 4 Januari nanti dengan agenda pemeriksaan saksi.
Menurut Nazar, semua pertemuan yang membahas anggaran dan pelaksanaan proyek Hambalang serta Wisma Atlet, termasuk siapa yang harus ditemui, diatur oleh Anas. Maka, ia mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi segera memeriksanya. "Supaya KPK tak terlihat terintimidasi."
Di hadapan pers, Nazar menunjukkan sejumlah salinan kuitansi yang totalnya mencapai sekitar US$ 7 juta yang, menurut dia, merupakan biaya pemenangan Anas dalam Kongres II Demokrat di Bandung, akhir Mei 2010. Menurut dia, dana itu berasal dari pemenang tender proyek Hambalang, PT Adhi Karya (Persero), sebesar Rp 100 miliar. Nazar juga memperlihatkan salinan surat BPKB mobil atas nama PT Anugerah Nusantara yang dipergunakan oleh Anas.
Ia pun menyinggung peran Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng. Nazar berpendapat, Menterilah yang jadi penentu proyek senilai di atas Rp 50 miliar, seperti Hambalang dan Wisma Atlet.
Mengenai keterlibatan Angelina, salah seorang petinggi Demokrat, Nazar menuturkan bahwa Angelina yang bercerita menerima duit Rp 9 miliar dari proyek Wisma Atlet dalam pertemuan sejumlah petinggi Fraksi Demokrat di DPR. Angie--sapaan Angelina--bahkan selalu berkata tak mau dikorbankan dalam kasus ini. "Saya tak pernah menuduh Angie terlibat," katanya.
Pengacara Anas, Patra M. Zein, mengabaikan tudingan Nazar itu. "Kami sudah sampai pada tahap masuk kuping kanan, keluar kuping kanan," katanya kemarin. Adhi Karya juga membantah tuduhan Nazar.
Adapun Angie tak menjawab ketika dihubungi kemarin. Tapi ia telah berkali-kali menampik ketika disebut terlibat. Ketua Demokrat Bidang Hukum Benny K. Harman tak mau mengomentari kemungkinan Angie jadi tersangka. "Yang menentukan penegak hukum," ucapnya.
Ia, misalnya, menunjukkan sejumlah salinan kuitansi yang disebutnya sebagai bukti keterlibatan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Proyek Wisma Atlet satu kesatuan dengan Hambalang, dan yang menyeting adalah Anas Urbaningrum," katanya setelah majelis hakim menutup sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi DKI Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.
Sebelumnya, majelis hakim yang dipimpin oleh Dhamawati Ningsih memutuskan menolak eksepsi Nazar, dan melanjutkan sidang pada 4 Januari nanti dengan agenda pemeriksaan saksi.
Menurut Nazar, semua pertemuan yang membahas anggaran dan pelaksanaan proyek Hambalang serta Wisma Atlet, termasuk siapa yang harus ditemui, diatur oleh Anas. Maka, ia mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi segera memeriksanya. "Supaya KPK tak terlihat terintimidasi."
Di hadapan pers, Nazar menunjukkan sejumlah salinan kuitansi yang totalnya mencapai sekitar US$ 7 juta yang, menurut dia, merupakan biaya pemenangan Anas dalam Kongres II Demokrat di Bandung, akhir Mei 2010. Menurut dia, dana itu berasal dari pemenang tender proyek Hambalang, PT Adhi Karya (Persero), sebesar Rp 100 miliar. Nazar juga memperlihatkan salinan surat BPKB mobil atas nama PT Anugerah Nusantara yang dipergunakan oleh Anas.
Ia pun menyinggung peran Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng. Nazar berpendapat, Menterilah yang jadi penentu proyek senilai di atas Rp 50 miliar, seperti Hambalang dan Wisma Atlet.
Mengenai keterlibatan Angelina, salah seorang petinggi Demokrat, Nazar menuturkan bahwa Angelina yang bercerita menerima duit Rp 9 miliar dari proyek Wisma Atlet dalam pertemuan sejumlah petinggi Fraksi Demokrat di DPR. Angie--sapaan Angelina--bahkan selalu berkata tak mau dikorbankan dalam kasus ini. "Saya tak pernah menuduh Angie terlibat," katanya.
Pengacara Anas, Patra M. Zein, mengabaikan tudingan Nazar itu. "Kami sudah sampai pada tahap masuk kuping kanan, keluar kuping kanan," katanya kemarin. Adhi Karya juga membantah tuduhan Nazar.
Adapun Angie tak menjawab ketika dihubungi kemarin. Tapi ia telah berkali-kali menampik ketika disebut terlibat. Ketua Demokrat Bidang Hukum Benny K. Harman tak mau mengomentari kemungkinan Angie jadi tersangka. "Yang menentukan penegak hukum," ucapnya.
7 Tahun Hilang, Korban Tsunami Aceh Pulang
Wati, 15 tahun, warga Lr Sangkis, Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat, Provinsi Aceh, yang hilang saat diterjang gelombang tsunami 26 Desember 2004, kembali ke orang tuanya.
Kakek Wati di Meulaboh, Ibrahim, mengatakan cucunya tersebut menghilang ketika berusia delapan tahun saat tragedi tsunami menerpa Aceh 26 Desember 2004.
"Saya yakin benar kalau dia adalah cucu saya. Karena dari ciri-ciri sudah kami lihat ada kemiripan cucu saya yang hanyut bersama gelombang tsunami tujuh tahun lalu," katanya, Rabu, 21 Desember 2011.
Ibrahim mengatakan Wati selama ini tersesat dan melanglang buana sampai ke wilayah Aceh Utara dan Aceh Besar. Wati tidak mengetahui di mana orang tuanya karena trauma dan rasa takut masih menghantui perasaan gadis itu.
Ibrahim mengatakan gadis berambut cepak itu awalnya tiba di terminal Bus Meulaboh dari Kota Banda Aceh. Wati lalu duduk termenung di warung kopi Simpang Pelor.
Saat itulah warga setempat yang mengira gadis berjilbab biru tersebut peminta-minta menanyakan asal-usulnya. Namun Wati terdiam. Tak lama kemudian Wati hanya menyebutkan nama kakeknya yang tinggal di Kota Meulaboh.
"Saat ditanya orang, dia hanya teringat nama saya. Kemudian ada warga kita langsung mengantarkan dia ke rumah. Kemudian saya langsung memanggil kedua orang tuanya yang selamat waktu tsunami dulu," jelas Ibrahim.
Orang tua Wati, Yusniar, 35 tahun, dan M Yunus, 43 tahun, memastikan Wati adalah anak mereka. Sebab, Wati memiliki tahi lalat dan bekas luka di atas kelopak matanya saat berusia enam tahun bersamanya.
"Ini benar anak saya saat saya tanya dia punya kakak bernama Yuli dan seorang adik saat ia dulu berusia 7 tahun. Kakaknya dulu selamat, namun dia hilang dibawa gelombang tsunami," sebut Yusniar di rumah orang tuanya.
Padahal Yusniar tidak yakin kalau anak keduanya itu masih hidup setelah dibawa dahsyatnya arus gelombang tsunami. Akan tetapi setelah melihat dari ciri-ciri, bawaan serta kemiripan anak itu dengan raut wajah ayahnya, Yusniar menjadi yakin.
Isak tangis keluarga Wati menggemparkan warga Kelurahan Ujong Baroh. Masyarakat berbondong-bondong melihat Wati. Setelah tujuh tahun tak diketahui rimbanya, Wati ternyata masih hidup. Ia melanglang buana karena tidak tahu pulang ke rumah.
"Saya bukan tidak mencari anak saya dari dulu, tapi saya tidak yakin kalau dia masih hidup karena waktu itu (tsunami) ia terlepas dari tangan saya. Sementara kakak dan adiknya sempat saya larikan," ujar Yusniar.
Kakek Wati di Meulaboh, Ibrahim, mengatakan cucunya tersebut menghilang ketika berusia delapan tahun saat tragedi tsunami menerpa Aceh 26 Desember 2004.
"Saya yakin benar kalau dia adalah cucu saya. Karena dari ciri-ciri sudah kami lihat ada kemiripan cucu saya yang hanyut bersama gelombang tsunami tujuh tahun lalu," katanya, Rabu, 21 Desember 2011.
Ibrahim mengatakan Wati selama ini tersesat dan melanglang buana sampai ke wilayah Aceh Utara dan Aceh Besar. Wati tidak mengetahui di mana orang tuanya karena trauma dan rasa takut masih menghantui perasaan gadis itu.
Ibrahim mengatakan gadis berambut cepak itu awalnya tiba di terminal Bus Meulaboh dari Kota Banda Aceh. Wati lalu duduk termenung di warung kopi Simpang Pelor.
Saat itulah warga setempat yang mengira gadis berjilbab biru tersebut peminta-minta menanyakan asal-usulnya. Namun Wati terdiam. Tak lama kemudian Wati hanya menyebutkan nama kakeknya yang tinggal di Kota Meulaboh.
"Saat ditanya orang, dia hanya teringat nama saya. Kemudian ada warga kita langsung mengantarkan dia ke rumah. Kemudian saya langsung memanggil kedua orang tuanya yang selamat waktu tsunami dulu," jelas Ibrahim.
Orang tua Wati, Yusniar, 35 tahun, dan M Yunus, 43 tahun, memastikan Wati adalah anak mereka. Sebab, Wati memiliki tahi lalat dan bekas luka di atas kelopak matanya saat berusia enam tahun bersamanya.
"Ini benar anak saya saat saya tanya dia punya kakak bernama Yuli dan seorang adik saat ia dulu berusia 7 tahun. Kakaknya dulu selamat, namun dia hilang dibawa gelombang tsunami," sebut Yusniar di rumah orang tuanya.
Padahal Yusniar tidak yakin kalau anak keduanya itu masih hidup setelah dibawa dahsyatnya arus gelombang tsunami. Akan tetapi setelah melihat dari ciri-ciri, bawaan serta kemiripan anak itu dengan raut wajah ayahnya, Yusniar menjadi yakin.
Isak tangis keluarga Wati menggemparkan warga Kelurahan Ujong Baroh. Masyarakat berbondong-bondong melihat Wati. Setelah tujuh tahun tak diketahui rimbanya, Wati ternyata masih hidup. Ia melanglang buana karena tidak tahu pulang ke rumah.
"Saya bukan tidak mencari anak saya dari dulu, tapi saya tidak yakin kalau dia masih hidup karena waktu itu (tsunami) ia terlepas dari tangan saya. Sementara kakak dan adiknya sempat saya larikan," ujar Yusniar.
Kamis, 15 Desember 2011
Berbagai Teori Kecerdasan Personal
Kuliah Sigmund Freud di Universitas Clark, USA tahun 1909 tentang psikoanalisis merupakan tonggak pertama tumbuh-kembangnya teori tentang human personality yang menjadi cikal bakal kajian kecerdasan personal. Ketika itu, William James, psikolog dan filosof senior berpengaruh dari Amerika Serikat menyampaikan ucapan yang cukup monumental bersejarah kepada Freud: "The future of psychology belongs to your work".
Freud dan James merupakan representasi dari dua orientasi pemahaman kajian psikologi yang berbeda. Freud lebih memusatkan pada pengembangan kajian psikis individual (psikoanalisis). Menurutnya, kunci mencapai diri yang sehat adalah pengelolaan diri secara baik dalam mengatasi rongrongan psikis dalam diri. Sedang James bersimpati pada ide-ide Freud., tetapi ketertarikan James - yang juga banyak diikuti oleh psikolog sosial Amerika lainnya - lebih pada kajian hubungan antar individu (individual relationship) dalam tata pandang aliran behavioristik. Walaupun demikian, kedua pandangan tokoh ini mempercayai pentingnya konsep person (diri manusia), kepribadian berikut tumbuh-kembangnya .
Belakangan muncul konsep baru yang disebut Gardner sebagai personal intelligence (kecerdasan personal). Bangunan kecerdasan personal ini bersandarkan pada kecerdasan intrapersonal - yang dipelopori Freud melalui landasan kajian teori psikoanalisa individu - dan kecerdasan interpersonal dari kajian pemahaman sosial individu (the social origin of knowledge) yang dirintis James. Menurut Gardner, kecerdasan intra-personal berkaitan erat dengan kapasitas diri dalam mengelola, membedakan, menafsirkan aspek-aspek internal (inward) dirinya sendiri seperti perasaan, motivasi dan emosi yang berguna untuk memahami serta mengarahkan perilaku seseorang. Pada level bawah, kecerdasan intra personal adalah kapasitas seseorang yang berupaya membedakan situasi perasaan menyenangkan dari sesuatu yang tidak mengenakkan. Pilihan dari kondisi tersebut adalah melibatkan diri dan menikmatinya atau keluar dari situasi itu. Sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi seseorang mampu mengenali dan menafsirkan perasaan-perasaan yang lebih rumit simbolik. Seorang penulis novel dapat menuangkan perasaan rumitnya melalui tulisan.
Sedangkan kecerdasan inter-personal berkaitan dengan kapasitas diri seseorang dalam memahami sifat-sifat orang lain (outward) seperti suasana hati, perasaan, motivasi dan temperamen. Pada level rendah, kecerdasan interpersonal bersinggungan dengan kapasitas seorang anak dalam mengenali dan membedakan berbagai suasana hati di sekitarnya. Sedangkan pada level tinggi, memungkinkan orang dewasa memahami atau "membaca" keinginan, kemauan dan harapan orang lain, meski perasaan tersembunyi.
Seseorang yang dianggap mengetahui sesuatu "know-that" dalam konteks kecerdasan intra dan inter-personal tidak sertamerta secara praksis lalu menjadi mampu "know-how" nya. Karakteristik kecerdasan personal sama dengan berbagai kecerdasan lain yang masih berupa potensi dan perlu "sentuhan" untuk menampakkannya. Survey tentang kecerdasan personal dianggap penting oleh Gardner. Menurutnya, bentuk-bentuk pemahaman personal sangat diperlukan pada sejumlah - kalau tidak ingin dikatakan semua - sektor kehidupan masyarakat. Namun, kajian kecerdasan personal cenderung diabaikan atau kurang diperhatikan oleh ahli psikologi kognisi. Padahal sejak lahir, atribut-atribut yang berkaitan dengan kecerdasan personal sudah melekat pada manusia. Bahkan simpanse-binatang mamalia yang mendekati ciri manusia-memiliki juga perasaan seperti pada diri manusia, yang diperolehnya tanpa terlebih dulu dilatih.
Tumbuh-kembangnya kecerdasan personal paling tidak dapat dibagi dalam beberapa masa yakni masa bayi sampai umur dua tahun; masa kanak-kanak usia dua hingga lima tahun; masa usia sekolah; masa remaja; dan masa dewasa. Pada fase-fase awal, individu telah mampu membedakan antara ayah dan ibu, orang tua dan orang lain, ekspresi gembira dan sedih atau marah. Berbagai perasaan yang diperoleh dari orang lain, pengalaman dan lingkungannya merupakan cikal bakal tanda-tanda empati pada diri individu sejalan dengan perkembangan aspek bahasa. Pada usia awal sekolah individu mendapatkan pengalaman bersosialisasi, mengenal orang lain, besifat lebih luwes, dan egocentrism berkurang. Biasanya di usia 6, 7 dan 8 tahun, anak melakukan sesuatu secara fisik apa yang dia bisa lakukan setelah memperoleh berbagai pengetahuan. Pada fase berikutnya, muncul sensitivitas sosial yang lebih besar pada perasaan orang lain.
Kecerdasan personal menurut Gardner dipengaruhi oleh budaya. Dalam budaya Jawa misalnya seseorang terbiasa dengan menekan kedalam perasaan-perasaan subyektifnya yang berbeda dengan dunia Barat yang selalu mengekspresikan perasaannya. Konsep lainnya adalah "civilized versus uncivillized or vulgar". Menurut konsep ini, kondisi "civilized" dapat diraih melalui displin beragama (ritual keagamaan) dan etika bersosialisasi. Kecerdasan personal yang berkembang dengan baik memungkinkan individu memiliki andil dalam pengembangan komunitas masyarakatnya. Makin rendah kemampuan seseorang memahami perasaannya sendiri, makin buruk orang tersebut dalam berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya, semakin kurang kemampuan individu memahami perasaan dan perilaku orang lain, semakin buruk interaksi orang tesebut dengan orang lain.
Dalam tulisan Gardner tidak disinggung sama sekali tentang konsep emotional intelligence yang diperkenalkan antara lain oleh Reuveun Bar-On, Peter Salovey, John Myers dan beberapa tokoh lain pada era ahun 1980an termasuk Daniel Goleman. Bahkan, kemudian Goleman melalui buku best seller pada tahun 1995 mengungkap secara populer dan lengkap kecerdasan emosional tersebut. Seandainya Gardner mengutip juga pendapat para tokoh diatas, maka tulisannya tentang kecerdasan personal akan lebih bermanfaat untuk pendidikan, sekalipun latar penelitian yang mereka lakukan bukan pada latar persekolahan.
Kajian-kajian Peter Salovery dan kawan-kawan sebenarnya menarik untuk dibahas mengingat mereka berupaya menampilkan alat tes kecerdasan emosional. Pada bukunya yang terbit kemudian Intelligence Reframed (1999) Gardner mulai melihat dan membahas referensi lain yang berkaitan dengan kecerdasan emosional termasuk kajian yang dilakukan oleh Goleman..
Berbeda dengan Goleman yang tampak berupaya me"globalisasikan" atau men"jual" temuannya untuk kepentingan awam, Gardner cukup berhati-hati dalam melakukan kajiannya yang lebih di arahkan pada dunia pendidikan. Ia cukup lapang dada dalam menerima berbagai kritik atas hasil temuannya itu.. Bahkan, ia sendiri berupaya melakukan otokritik terhadap teori kecerdasan majemuk seperti terungkap dalam tulisan Multiple Intelligences after 20 years (www.eiconsortium.org; diakses 30 Nopember 2006). Salah satu kritik yang diterimanya adalah tentang alat ukur kecerdasan yang tidak diupayakan untuk dikembangkan oleh Gardner sendiri. Teori dan temuannya memang tidak dilengkapi dengan alat tes untuk mengukur kecerdasan, karena kajian-kajian Gardner lebih didasarkan pada pengalaman dan pengamatan sehari-hari yang lebih bersifat kualitatif.
Hasil-hasil temuan Gadner dan Goleman dapat merupakan referensi yang saling melengkapi dalam kajian Psikologi Pendidikan, walaupun memang penelitian Gardner belakangan di arahkan pada kebutuhan dan keperluan dunia industri. Hal ini mengingat kajian Goleman tentang emotional intelligence didukung pendanaannya oleh perusahaan multinasional yang bergerak pada pengembangan sumber daya manusia bernama Hay Group (www.eiconsortium.org; diakses 30 Nopember 2006). Oleh karena pendanaan kegiatan Goleman diberikan oleh lembaga berorientasi komersial ini, sehingga dapat dimaklumi jika penelitiannya lebih ke arah lingkup dunia usaha dan industri, sesuai pesanan Hay Group. Sebaliknya, Gardner lebih menaruh perhatian pada dunia pendidikan formal. Penelitian Gardner yang melahirkan teori Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk) dilakukan terbatas dengan metode observasi dan kajian teoretik.
Hal cukup menarik yang perlu diungkap pada perbedaan tata pandang (worldview) dari kedua tokoh adalah persoalan nilai. Goleman sangat mempertimbangkan masalah-masalah nilai dan moral dalam penelitiannya, sedangkan Gardner menganggap hasil temuannya itu bersifat value free, artinya proses perkembangan atas temuannya itu tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai moral. Lebih jauh lagi Gardner tidak sepaham dengan teori yang muncul tentang kecerdasan spiritual, moral dan sejenisnya. Menurut Gardner, kecerdasan moral dan spiritual belum memenuhi kriteria keilmuan, sehingga belum bisa dimasukkan dalam kategori kecerdasan (intelligence). Dalam bukunya ia memang belum membahas "sentuhan" untuk menumbuh-kembangkan kecerdasan personal. Tetapi pada buku-buku selanjutnya ia mulai membahas lebih rinci tentang kondisi dan suasana yang diperlukan dalam meningkatkan kecerdasan majemuk individu (Gardner, 1999, 2002).. Salahsatu pembahasan masalah ini terdapat dalam The Disciplined Mind.
Dalam buku The Disciplined Mind (Gardner, 1999) diungkapkan bahwa jika sekolah-sekolah tidak segera merubah dirinya ke arah yang lebih baik, maka fungsi sekolah bisa diganti oleh lembaga atau institusi lain yang lebih responsif terhadap kebutuhan belajar masyarakat. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah membuat individu ingin melakukan sesuatu bukan menyuruhnya atas apa yang harus dilakukan. Menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman, suasana menyenangkan, menantang dan menggugah minat belajar siswa/pebelajar merupakan misi penting pendidikan (halaman 77 dari The Disciplined Mind). Selama bertahun-tahun guru dan pendidik sering berkutat pada pengemabngan nilai-nilai kognitif semata. Sentuhan-sentuhan potensi yang terdapat dalam teori Multiple Intellegences kurang terperhatikan dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, penyesuaian suasana lingkungan belajar yang mengacu pada pengembangan potensi berbagai kecerdasan lain menurut Gardner diperlukan dan membawa siswa pada pemahaman mendalam tentang: true or false, beautiful or unpalatable, good or evil (The Disciplined Mind halaman 52, 75, 186). Selain itu, dalam khasanah kecerdasan majemuk telah muncul berbagai buku tentang latihan-latihan untuk mengaktualisasikan potensi kecerdasan majemuk, salah satunya buku: berjudul: Multiple Intelligences: Best Ideas From Reserach and Practice (Mindy dan kawan-kawan, 2004).
*) Mhs PPs MPI-UIN Maliki Malang
Dosen Luar Biasa Universitas Brawijaya
Freud dan James merupakan representasi dari dua orientasi pemahaman kajian psikologi yang berbeda. Freud lebih memusatkan pada pengembangan kajian psikis individual (psikoanalisis). Menurutnya, kunci mencapai diri yang sehat adalah pengelolaan diri secara baik dalam mengatasi rongrongan psikis dalam diri. Sedang James bersimpati pada ide-ide Freud., tetapi ketertarikan James - yang juga banyak diikuti oleh psikolog sosial Amerika lainnya - lebih pada kajian hubungan antar individu (individual relationship) dalam tata pandang aliran behavioristik. Walaupun demikian, kedua pandangan tokoh ini mempercayai pentingnya konsep person (diri manusia), kepribadian berikut tumbuh-kembangnya .
Belakangan muncul konsep baru yang disebut Gardner sebagai personal intelligence (kecerdasan personal). Bangunan kecerdasan personal ini bersandarkan pada kecerdasan intrapersonal - yang dipelopori Freud melalui landasan kajian teori psikoanalisa individu - dan kecerdasan interpersonal dari kajian pemahaman sosial individu (the social origin of knowledge) yang dirintis James. Menurut Gardner, kecerdasan intra-personal berkaitan erat dengan kapasitas diri dalam mengelola, membedakan, menafsirkan aspek-aspek internal (inward) dirinya sendiri seperti perasaan, motivasi dan emosi yang berguna untuk memahami serta mengarahkan perilaku seseorang. Pada level bawah, kecerdasan intra personal adalah kapasitas seseorang yang berupaya membedakan situasi perasaan menyenangkan dari sesuatu yang tidak mengenakkan. Pilihan dari kondisi tersebut adalah melibatkan diri dan menikmatinya atau keluar dari situasi itu. Sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi seseorang mampu mengenali dan menafsirkan perasaan-perasaan yang lebih rumit simbolik. Seorang penulis novel dapat menuangkan perasaan rumitnya melalui tulisan.
Sedangkan kecerdasan inter-personal berkaitan dengan kapasitas diri seseorang dalam memahami sifat-sifat orang lain (outward) seperti suasana hati, perasaan, motivasi dan temperamen. Pada level rendah, kecerdasan interpersonal bersinggungan dengan kapasitas seorang anak dalam mengenali dan membedakan berbagai suasana hati di sekitarnya. Sedangkan pada level tinggi, memungkinkan orang dewasa memahami atau "membaca" keinginan, kemauan dan harapan orang lain, meski perasaan tersembunyi.
Seseorang yang dianggap mengetahui sesuatu "know-that" dalam konteks kecerdasan intra dan inter-personal tidak sertamerta secara praksis lalu menjadi mampu "know-how" nya. Karakteristik kecerdasan personal sama dengan berbagai kecerdasan lain yang masih berupa potensi dan perlu "sentuhan" untuk menampakkannya. Survey tentang kecerdasan personal dianggap penting oleh Gardner. Menurutnya, bentuk-bentuk pemahaman personal sangat diperlukan pada sejumlah - kalau tidak ingin dikatakan semua - sektor kehidupan masyarakat. Namun, kajian kecerdasan personal cenderung diabaikan atau kurang diperhatikan oleh ahli psikologi kognisi. Padahal sejak lahir, atribut-atribut yang berkaitan dengan kecerdasan personal sudah melekat pada manusia. Bahkan simpanse-binatang mamalia yang mendekati ciri manusia-memiliki juga perasaan seperti pada diri manusia, yang diperolehnya tanpa terlebih dulu dilatih.
Tumbuh-kembangnya kecerdasan personal paling tidak dapat dibagi dalam beberapa masa yakni masa bayi sampai umur dua tahun; masa kanak-kanak usia dua hingga lima tahun; masa usia sekolah; masa remaja; dan masa dewasa. Pada fase-fase awal, individu telah mampu membedakan antara ayah dan ibu, orang tua dan orang lain, ekspresi gembira dan sedih atau marah. Berbagai perasaan yang diperoleh dari orang lain, pengalaman dan lingkungannya merupakan cikal bakal tanda-tanda empati pada diri individu sejalan dengan perkembangan aspek bahasa. Pada usia awal sekolah individu mendapatkan pengalaman bersosialisasi, mengenal orang lain, besifat lebih luwes, dan egocentrism berkurang. Biasanya di usia 6, 7 dan 8 tahun, anak melakukan sesuatu secara fisik apa yang dia bisa lakukan setelah memperoleh berbagai pengetahuan. Pada fase berikutnya, muncul sensitivitas sosial yang lebih besar pada perasaan orang lain.
Kecerdasan personal menurut Gardner dipengaruhi oleh budaya. Dalam budaya Jawa misalnya seseorang terbiasa dengan menekan kedalam perasaan-perasaan subyektifnya yang berbeda dengan dunia Barat yang selalu mengekspresikan perasaannya. Konsep lainnya adalah "civilized versus uncivillized or vulgar". Menurut konsep ini, kondisi "civilized" dapat diraih melalui displin beragama (ritual keagamaan) dan etika bersosialisasi. Kecerdasan personal yang berkembang dengan baik memungkinkan individu memiliki andil dalam pengembangan komunitas masyarakatnya. Makin rendah kemampuan seseorang memahami perasaannya sendiri, makin buruk orang tersebut dalam berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya, semakin kurang kemampuan individu memahami perasaan dan perilaku orang lain, semakin buruk interaksi orang tesebut dengan orang lain.
Dalam tulisan Gardner tidak disinggung sama sekali tentang konsep emotional intelligence yang diperkenalkan antara lain oleh Reuveun Bar-On, Peter Salovey, John Myers dan beberapa tokoh lain pada era ahun 1980an termasuk Daniel Goleman. Bahkan, kemudian Goleman melalui buku best seller pada tahun 1995 mengungkap secara populer dan lengkap kecerdasan emosional tersebut. Seandainya Gardner mengutip juga pendapat para tokoh diatas, maka tulisannya tentang kecerdasan personal akan lebih bermanfaat untuk pendidikan, sekalipun latar penelitian yang mereka lakukan bukan pada latar persekolahan.
Kajian-kajian Peter Salovery dan kawan-kawan sebenarnya menarik untuk dibahas mengingat mereka berupaya menampilkan alat tes kecerdasan emosional. Pada bukunya yang terbit kemudian Intelligence Reframed (1999) Gardner mulai melihat dan membahas referensi lain yang berkaitan dengan kecerdasan emosional termasuk kajian yang dilakukan oleh Goleman..
Berbeda dengan Goleman yang tampak berupaya me"globalisasikan" atau men"jual" temuannya untuk kepentingan awam, Gardner cukup berhati-hati dalam melakukan kajiannya yang lebih di arahkan pada dunia pendidikan. Ia cukup lapang dada dalam menerima berbagai kritik atas hasil temuannya itu.. Bahkan, ia sendiri berupaya melakukan otokritik terhadap teori kecerdasan majemuk seperti terungkap dalam tulisan Multiple Intelligences after 20 years (www.eiconsortium.org; diakses 30 Nopember 2006). Salah satu kritik yang diterimanya adalah tentang alat ukur kecerdasan yang tidak diupayakan untuk dikembangkan oleh Gardner sendiri. Teori dan temuannya memang tidak dilengkapi dengan alat tes untuk mengukur kecerdasan, karena kajian-kajian Gardner lebih didasarkan pada pengalaman dan pengamatan sehari-hari yang lebih bersifat kualitatif.
Hasil-hasil temuan Gadner dan Goleman dapat merupakan referensi yang saling melengkapi dalam kajian Psikologi Pendidikan, walaupun memang penelitian Gardner belakangan di arahkan pada kebutuhan dan keperluan dunia industri. Hal ini mengingat kajian Goleman tentang emotional intelligence didukung pendanaannya oleh perusahaan multinasional yang bergerak pada pengembangan sumber daya manusia bernama Hay Group (www.eiconsortium.org; diakses 30 Nopember 2006). Oleh karena pendanaan kegiatan Goleman diberikan oleh lembaga berorientasi komersial ini, sehingga dapat dimaklumi jika penelitiannya lebih ke arah lingkup dunia usaha dan industri, sesuai pesanan Hay Group. Sebaliknya, Gardner lebih menaruh perhatian pada dunia pendidikan formal. Penelitian Gardner yang melahirkan teori Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk) dilakukan terbatas dengan metode observasi dan kajian teoretik.
Hal cukup menarik yang perlu diungkap pada perbedaan tata pandang (worldview) dari kedua tokoh adalah persoalan nilai. Goleman sangat mempertimbangkan masalah-masalah nilai dan moral dalam penelitiannya, sedangkan Gardner menganggap hasil temuannya itu bersifat value free, artinya proses perkembangan atas temuannya itu tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai moral. Lebih jauh lagi Gardner tidak sepaham dengan teori yang muncul tentang kecerdasan spiritual, moral dan sejenisnya. Menurut Gardner, kecerdasan moral dan spiritual belum memenuhi kriteria keilmuan, sehingga belum bisa dimasukkan dalam kategori kecerdasan (intelligence). Dalam bukunya ia memang belum membahas "sentuhan" untuk menumbuh-kembangkan kecerdasan personal. Tetapi pada buku-buku selanjutnya ia mulai membahas lebih rinci tentang kondisi dan suasana yang diperlukan dalam meningkatkan kecerdasan majemuk individu (Gardner, 1999, 2002).. Salahsatu pembahasan masalah ini terdapat dalam The Disciplined Mind.
Dalam buku The Disciplined Mind (Gardner, 1999) diungkapkan bahwa jika sekolah-sekolah tidak segera merubah dirinya ke arah yang lebih baik, maka fungsi sekolah bisa diganti oleh lembaga atau institusi lain yang lebih responsif terhadap kebutuhan belajar masyarakat. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah membuat individu ingin melakukan sesuatu bukan menyuruhnya atas apa yang harus dilakukan. Menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman, suasana menyenangkan, menantang dan menggugah minat belajar siswa/pebelajar merupakan misi penting pendidikan (halaman 77 dari The Disciplined Mind). Selama bertahun-tahun guru dan pendidik sering berkutat pada pengemabngan nilai-nilai kognitif semata. Sentuhan-sentuhan potensi yang terdapat dalam teori Multiple Intellegences kurang terperhatikan dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, penyesuaian suasana lingkungan belajar yang mengacu pada pengembangan potensi berbagai kecerdasan lain menurut Gardner diperlukan dan membawa siswa pada pemahaman mendalam tentang: true or false, beautiful or unpalatable, good or evil (The Disciplined Mind halaman 52, 75, 186). Selain itu, dalam khasanah kecerdasan majemuk telah muncul berbagai buku tentang latihan-latihan untuk mengaktualisasikan potensi kecerdasan majemuk, salah satunya buku: berjudul: Multiple Intelligences: Best Ideas From Reserach and Practice (Mindy dan kawan-kawan, 2004).
*) Mhs PPs MPI-UIN Maliki Malang
Dosen Luar Biasa Universitas Brawijaya
Sabtu, 03 Desember 2011
Perang Airbus - Boeing Merebut Pesanan 230 Pesawat Lion Air
Kontrak raksasa antara produsen pesawat AS, Boeing, dengan maskapai Lion Air dari Indonesia ternyata membuat gusar Airbus. Pembuat pesawat asal Eropa itu menuduh pemerintah AS sudah campur tangan sehingga Boeing diuntungkan dalam proyek jual beli pesawat.
Penilaian itu diutarakan oleh Kepala Eksekutif Operasional Airbus, John Leahy. Dia mengomentari kesepakatan pembelian 230 unit pesawat Boeing 737 oleh Lion Air di Bali November lalu. Penandatanganan itu dihadiri langsung oleh Presiden AS, Barack Obama.
Menurut Leahy, lobi-lobi dengan memanfaatkan Presiden Obama telah menunjukkan AS ternyata memberlakukan standar ganda mengenai kompetisi pasar bebas. "Hanya ada satu adidaya di dunia dan kita tahu pasti bukan Prancis, tapi kemungkinan besar diwakili oleh Presiden Obama," kata Leahy di Washington DC seperti yang dikutip kantor berita Reuters, 1 Desember 2011.
"Saat dia mulai membuat berita-berita utama bahwa dia menjual banyak pesawat dan bagaimana itu tidak akan terwujud tanpa keterlibatan pribadinya, ini menunjukkan bahwa kita telah melihat distorsi ekonomi dan kita tidak boleh bicara mengenai perdagangan yang bebas dan terbuka di dunia bila AS bersikap begitu," kata Leahy, yang merupakan eksekutif Airbus asal AS.
Pernyataan Leahy ini menandakan sengitnya persaingan antara Airbus dan Boeing dalam merebut pangsa terbesar dalam pasar pesawat komersil. Belum ada reaksi dari pemerintah AS maupun petinggi Boeing atas komentar eksekutif Airbus itu.
Proyek antara Boeing dan Lion Air itu berbiaya sekitar US$21,7 miliar. Ini merupakan transaksi komersil terbesar bagi sejarah Boeing. Mekanisme pembayaran proyek itu akan dibantu oleh Bank Ekspor Impor AS.
Bagi Obama, proyek itu akan melibatkan 110.000 pekerja industri. Ini merupakan isu strategis bagi Obama, yang kemungkinan akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada Pemilu 2012, mengingat pengangguran merupakan tantangan bagi AS untuk pulih dari krisis ekonomi.
Kesepakatan itu muncul beberapa bulan setelah Airbus sukses mendapat proyek pemesanan pesawat dari maskapai asal AS, American Airlines, sebanyak 260 unit.
Sebelum kesepakatan antara Boeing dan Lion Air, muncul kabar bahwa Airbus tertarik untuk berbisnis dengan maskapai asal Indonesia itu. Leahy bahkan yakin bahwa Airbus bisa kembali menang bila tidak ada intervensi politik dari Washington.
"CEO dan pemilik maskapai itu, yang selama ini hanya membeli pesawat Boeing, sebenarnya pernah datang ke saya di Toulouse dua kali untuk berbicara mengenai pembelian pesawat dan akhirnya dia berkata tidak ada pilihan," kata Leahy, yang juga merangkap sebagai Kepala Eksekutif Komersial Airbus.
"Saya tidak yakin apa yang dimaksud dengan 'tidak ada pilihan,' namun tampaknya ada campur tangan politik yang dahsyat dan menurut saya Gedung Putih sangat bangga atas itu dan berkata proyek [Boeing] tersebut tidak akan terjadi tanpa campur tangan Gedung Putih. Well, mungkin itu benar, namun itu tidak bagus bagi kebebasan berkompetisi dan perdagangan bebas," lanjut Leahy.
Sementara itu pihak Lion Air membantah kabar bahwa perjanjian dengan Boeing didasarkan atas tekanan. "Saya tidak bersedia mengomentari isu itu, namun yang bisa saya katakan adalah kami melakukan pembelian murni berdasarkan pertimbangan komersial dan kami bebas untuk melakukannya," kata juru bicara Lion Air, Edward Sirait kepada Reuters.
Penilaian itu diutarakan oleh Kepala Eksekutif Operasional Airbus, John Leahy. Dia mengomentari kesepakatan pembelian 230 unit pesawat Boeing 737 oleh Lion Air di Bali November lalu. Penandatanganan itu dihadiri langsung oleh Presiden AS, Barack Obama.
Menurut Leahy, lobi-lobi dengan memanfaatkan Presiden Obama telah menunjukkan AS ternyata memberlakukan standar ganda mengenai kompetisi pasar bebas. "Hanya ada satu adidaya di dunia dan kita tahu pasti bukan Prancis, tapi kemungkinan besar diwakili oleh Presiden Obama," kata Leahy di Washington DC seperti yang dikutip kantor berita Reuters, 1 Desember 2011.
"Saat dia mulai membuat berita-berita utama bahwa dia menjual banyak pesawat dan bagaimana itu tidak akan terwujud tanpa keterlibatan pribadinya, ini menunjukkan bahwa kita telah melihat distorsi ekonomi dan kita tidak boleh bicara mengenai perdagangan yang bebas dan terbuka di dunia bila AS bersikap begitu," kata Leahy, yang merupakan eksekutif Airbus asal AS.
Pernyataan Leahy ini menandakan sengitnya persaingan antara Airbus dan Boeing dalam merebut pangsa terbesar dalam pasar pesawat komersil. Belum ada reaksi dari pemerintah AS maupun petinggi Boeing atas komentar eksekutif Airbus itu.
Proyek antara Boeing dan Lion Air itu berbiaya sekitar US$21,7 miliar. Ini merupakan transaksi komersil terbesar bagi sejarah Boeing. Mekanisme pembayaran proyek itu akan dibantu oleh Bank Ekspor Impor AS.
Bagi Obama, proyek itu akan melibatkan 110.000 pekerja industri. Ini merupakan isu strategis bagi Obama, yang kemungkinan akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada Pemilu 2012, mengingat pengangguran merupakan tantangan bagi AS untuk pulih dari krisis ekonomi.
Kesepakatan itu muncul beberapa bulan setelah Airbus sukses mendapat proyek pemesanan pesawat dari maskapai asal AS, American Airlines, sebanyak 260 unit.
Sebelum kesepakatan antara Boeing dan Lion Air, muncul kabar bahwa Airbus tertarik untuk berbisnis dengan maskapai asal Indonesia itu. Leahy bahkan yakin bahwa Airbus bisa kembali menang bila tidak ada intervensi politik dari Washington.
"CEO dan pemilik maskapai itu, yang selama ini hanya membeli pesawat Boeing, sebenarnya pernah datang ke saya di Toulouse dua kali untuk berbicara mengenai pembelian pesawat dan akhirnya dia berkata tidak ada pilihan," kata Leahy, yang juga merangkap sebagai Kepala Eksekutif Komersial Airbus.
"Saya tidak yakin apa yang dimaksud dengan 'tidak ada pilihan,' namun tampaknya ada campur tangan politik yang dahsyat dan menurut saya Gedung Putih sangat bangga atas itu dan berkata proyek [Boeing] tersebut tidak akan terjadi tanpa campur tangan Gedung Putih. Well, mungkin itu benar, namun itu tidak bagus bagi kebebasan berkompetisi dan perdagangan bebas," lanjut Leahy.
Sementara itu pihak Lion Air membantah kabar bahwa perjanjian dengan Boeing didasarkan atas tekanan. "Saya tidak bersedia mengomentari isu itu, namun yang bisa saya katakan adalah kami melakukan pembelian murni berdasarkan pertimbangan komersial dan kami bebas untuk melakukannya," kata juru bicara Lion Air, Edward Sirait kepada Reuters.
Langganan:
Postingan (Atom)