Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan Pemerintah Kota mempunyai strategi tersendiri dalam upaya menangani persoalan prostitusi yang ada di Kota Pahlawan tersebut.
“Saya sampaikan, saya tidak mau ekspos soal itu. Ini bagian dari strategi pemkot,” kata Risma saat ditemui di Balai Kota Surabaya, Minggu (5/6/2011).
Menurut dia, kebijakan Pemkot soal penanganan lokalisai di Surabaya selalu dibicarakan dengan tokoh masyarakat setempat yang selama ini ikut membantu memantau di kawasan tersebut. “Tidak hanya menertibkan, tapi juga diikuti dengan program-program sosial lainnya,” katanya.
Sebelumnya diberitakan Pemkot Surabaya terhitung sejak Rabu (1/6/2011) resmi membatasi jam operasional lokalisasi Dolly dari 24 jam menjadi hanya 16 jam. Kawasan prostitusi terbesar se-Asia Tenggara ini hanya diperbolehkan beroperasi dari pukul 09.00 hingga 01.00.
Lokalisasi lain di Kota Surabaya misalnya di Kremil juga akan dilakukan hal yang sama. “Infiltrasi (campur tangan) bisa dilakukan asalkan ada masukan bahwa mereka (PSK/pekerja seks komersial) mau beralih profesi,” ujarnya.
Pemerintah Kota Surabaya terhitung sejak Rabu (1/6/2011) resmi membatasi jam operasional lokalisasi Dolly dari 24 jam menjadi hanya 16 jam. Kawasan prostitusi terbesar se-Asia Tenggara ini hanya diperbolehkan beroperasi dari pukul 09.00 hingga 01.00.
Camat Sawahan, Dwi Purnomo, Kamis (2/6/2011) mengatakan, aturan baru itu sudah dikirimkan ke masing-masing wisma di Dolly. ‘Sanksi bagi wisma yang melanggar dari mulai peringatan hingga penutupan,” katanya.
Sebenarnya menurut dia, perjanjian pembatasan jam operasional itu sudah ada sejak setahun lalu, namun belum dilaksanakan. Perjanjian dengan semua pihak termasuk dengan pemilik wisma itu dilakukan Pemkot sebagai upaya menekan prostitusi di Surabaya. Dalam perjanjian itu disebutkan, hingga pukul 01.00 tidak boleh ada pengunjung baru.
‘Mereka juga menyepakati jika perjanjian itu dilanggar akan ada sanksi, yakni berupa penutupan wisma dalam beberapa hari atau bahkan selamanya. Pemkot Surabaya menargetkan, hingga akhir 2012, jumlah penghuni wisma bisa turun dari 1.132 PSK menjadi dibawah 750 PSK. Jika target itu tercapai, tidak menutup kemungkinan dalam dua tahun jumlah PSK di kawasan itu bisa habis,” jelasnya.
Setiap hari, pengunjung lokalisasi yang dihuni lebih 600 wisma ‘esek-esek’ itu diperkirakan mencapai 700 lebih pengunjung dari maupun luar Kota Surabaya. Sehingga 80 persen masyarakat sekitar mengandalkan penghasilannya dari keramaian pengunjung itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda