Keberadaan Rumah Gadang (rumah adat Minangkabau) kini tidak lagi sebagai bangunan tunggal di pemukiman masyarakat Sumatera Barat, tetapi telah banyak tumbuh bangunan lain di sisi-sisinya.
Padahal, secara tradisional turun temurun di Ranah Minang, rumah gadang merupakan bangunan tunggal yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi suatu keluarga sampai dengan keturunan selanjutnya, kata kata Peneliti Arsitektur Minang dari Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Bung Hatta, Dr Eko Alvares di Padang, Rabu.
Ia menambahkan, akibat perkembangan zaman rumah gadang yang sebelumnya bangunan tunggal telah berkembang menjadi rumah baru.
Selain itu pada rumah gadang juga sudah mengalami banyak perubahan yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya rumah-rumah baru di sekeliling rumah adat tersebut. Menurut dia, minimal ada dua faktor menyebabkan hal itu terjadi, pertama, karena timbulnya rasa kecemburuan sosial antar penghuni.
Ia menjelaskan, faktor intern antarpenghuni rumah gadang yang tidak saling cocok juga akibat dari perubahan rumah gadang yang sudah mulai ditinggalkan, sehingga menjadi tidak berkembang dengan baik. Faktor kedua, karena meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga timbulnya rasa ingin memiliki rumah secara pribadi, tambahnya.
Ia menyebutkan, untuk kondisi sekarang, konsep yang diterapkan pada rumah-rumah baru itu masih memiliki bentuk dan konsep yang hampir sama dengan rumah gadang, meski tetap ada beberapa perbedaan. Perbedaan itu antara lain ditandai dengan penggunaan merial bangunan yang sudah mendapat pengaruh teknologi, kata Alvares.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda