Rabu, 02 Maret 2011

ASEAN : Mata Uang Tunggal Sulit Diterapkan

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Surin Pitsuwan menyatakan keinginan mewujudkan mata uang tunggal ASEAN sulit dilakukan. "Kita masih harus bekerja keras untuk mewujudkan hal tersebut. Mungkin dapat dilakukan pada 2030 atau 2050," ujar Surin dalam jumpa pers selepas seminar "ASEAN and The European Union, Twenty Years from Now: Two Integrated Markets" di Hotel Intercontinental, Jakarta, kemarin.

Mewujudkan mata uang tunggal Asia Tenggara perlu kesepahaman bersama semua negara anggota. Sebab, perbedaan sistem politik, ekonomi, dan budaya negara-negara anggota menjadi hambatan.

Menurut dia, untuk ASEAN lebih mudah menggunakan dua mata uang dominan daripada satu mata uang. Ia mencontohkan kawasan Asia Timur, yang mempunyai dua mata uang, yuan dan yen, yang sama kuat nilai tukarnya.

Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Julian Wilson mengatakan, jika suatu kawasan menginginkan mata uang tunggal, yang harus disiapkan adalah jalinan kemitraan bisnis antarnegara kawasan. Ia menilai negara-negara ASEAN belum siap menjalin kerja sama tersebut.

Namun, Julian menambahkan, penerapan mata uang tunggal sangat masuk akal. Dengan mata uang tunggal yang kuat, maka negara-negara di kawasan tidak harus membeli dolar untuk melakukan perdagangan antarnegara ASEAN. Persaingan bidang ekonomi juga menjadi lebih sehat.

Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menyatakan hingga saat ini Indonesia belum menyatakan ketertarikannya menggunakan mata uang tunggal seperti euro di Eropa. "Itu bukan karena hambatan, tapi memang kita tidak mau," ujar Mahendra dalam kesempatan yang sama.

Pemerintah lebih menginginkan meningkatkan kerja sama sektor mikro untuk meningkatkan kemajuan ekonomi kawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tulis Komentar Anda