Jumat, 14 Januari 2011

Bentrok Unasman Sulbar, 13 Mahasiswa Tertembak

Ratusan polisi terlibat bentrok dengan mahasiswa dan dosen Unirversitas Al-asyariah (Unasman) di kampus Unasman, Jl Budiutomo, Polewali, Polman, Sulbar, Kamis (13/1).

Akibat insiden tersebut, sedikitnya 35 orang dilaporkan mengalami luka-luka, termasuk enam mahasiswa luka parah. Sebanyak 20 korban berasal dari kalangan mahasiswa dan dosen, sementara 15 lainnya adalah anggota polisi.
Bentrokan dipicu oleh upaya eksekusi lahan Kampus Unasman menyusul sengketa antara Yayasan Al-asyariah (Unasman) yang dipimpin keluarga Prof Dr Sahabuddin dengan Yayasan Darut Tauhid Walirsyad (DDI) yang dipimpin Prof Dr Muiz Kabry.
Situasi di sekitar kampus masih mencekam. Apalagi, kubu mahasiswa Unasman mengancam melakukan aksi besar-besaran, Jumat (13/1) hari ini.
Enam mahasiswa dilaporkan mengalami luka berat, termasuk dua orang yang disebut-sebut mengalami luka tembak yakni Darius dan Sofyan.
Keduanya terkena tembakan peluru tajam. Darius terkena tembakan di bagian lengan kiri, sementara Sofyan terkena peluru dibagian dada dan leher.
Kapolda Sulsel Irjen Polisi Johny Wainal Usman menyayangkan insiden tersebut, apalagi ada kesan menghadap-hadapkan polisi dengan mahasiswa.
"Kita hanya mengawal dan mengamankan eksekusi. Karena ada insiden, kita sementara menunggu situasi kondusif. Tapi kami tetap siap mengawal eksekusi ini, termasuk menambah pasukan bila memang diperlukan," katanya, kemarin.
Koordinator Lapangan Aksi Demo Unasman, Azikin, mengatakan, pihaknya dan warga sekitar tetap akan melakukan perwalanan terhadap upaya eksekusi karena lahan tersebut adalah milik Yayasan Al-asyariah.
Sejak 2005
Korban luka-luka dari kedua belah pihak dilarikan ke RSU Daerah Polewali untuk mendapatkan perawatan. Sementara Sofyan sudah dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Makassar.
Sementara korban dari kepolisian yang mengalami luka berat adalagh Iptu Masdar, Aipda Amir, Briptu Iswaka, dan Bripda Siddiq. Keempatnya terkena lemparan batu dam benda keras lainnya.
Bentrokan berawal saat dua pleton atau sekitar 228 personel Polres Polman bermaksud melakukan pengamanan eksekusi lahan di kampus Unasman. Namun upaya yang keenam kalinya ini juga tetap tak bisa dilakukan karena mendapat perlawanan pihak Unasman.
Perebutan lahan sudah berlangsung sejak 2005 lalu. Mahasiswa bersama warga bergabung mendukung penolakan eksekusi kampus karena putusan Mahkamah Agung (MA) dianggap cacat hukum.
Mahasiswa pun mengajak semua lembaga kampus untuk turun ke jalan guna menunjukkan solidaritas perlawanan mereka. Kedatangan polisi pun langsung disambut dengan lemparan batu dan bom molotov dari mahasiswa dan warga, saat aparat baru turun dari kendaraan. Bentrok pun tak terhindarkan.

Kapolda tidak membantah polisi melepaskan peluru ke arah mahasiswa. Namun menurutnya tembakan tersebut didahului dengan tembakan peringatan berulang kali.
Mantan Dansat Brimob Polda Sulsel ini juga mengatakan bila diperlukan pihaknya akan mempersiapkan personel dari Brimob Polda Sulsel untuk dikirim ke Polman.
Dia juga menganggap tidak ada yang salah dengan penggunaan peluru tajam oleh polisi. "Saya kira tidak ada yang salah, mereka sudah diperingatkan dengan tembakan peringatan, mereka justru menyerang polisi yang baru turun dari mobil dengan menggunakan batu dan bom molotov," lanjutnya.
Sedangkan Azikin mengatakan, pihaknya tetap akan melakukan perlawanan terhadap upaya eksekusi oleh pihak pengadilan.
Dia menduga aksi polisi yang didukung oleh dari Ketua DDI Polman Anwar Sewang dan beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DDI Polman.
Jarak antara STAI DDI Polman dengan kampus I Unasman hanya sekitar 200 meter dengan dipisahkan lapangan.
Aksi solidaritas ini diperkirakan akan berlanjut hari ini.

Kritis
Data yang diperoleh dari Kepala Bagian (Kabag) Kepegawaian dan Humas Unasman, Solihin Aziz, korban luka tembak sebagian besar adalah mahasiswa.
Sementara Sofyan yang mengajar di fakultas ilmu sosial dan ilmu pemerintahan tertembak pada bagian leher sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Dr Wahidin Sudirohusodon, Makassar.
Sementara mahasiswa yang menjadi korban luka tembak, sebagian sudah bisa pulang dan sebagiannya lagi masih dalam perawatan intensif di RSUD Polewali.
"Kondisi Pak Sofyan memang kritis karena terkena tembakan di bagian leher dan peluru yang bersarang belum bisa dikeluarkan," ujar Solihin.
Ketika ditanya apakah pihak Unasman akan mengambil langkah hukum melihat banyaknya korban luka tembak dari mahasiswa yang berjatuha, Solihin belum bisa memastikan.
"Semuanya tergantung pada pimpinan universitas dan kami akan kordinasikan dulu dengan pihak pengacara untuk mengambil langkah hukum yang terbaik," paparnya seperti dilansir di situs www.polewalimandarkab.go.id, kemarin.
Kendalikan Polisi
Anggota DPD Sulselbar, Syibli Sahabuddin, meminta Kapolri untuk menarik pasukannya terkait bentrok mahasiswa dengan polisi di depan kampus I Unasman.
"Kita minta Kapolri agar mengendalikan aparatnya di lapangan," ujar Syibli saat ditemui di Gedung DPD, Jakarta, kemarin.
Menurut Syibli, bentrokan tersebut sudah termasuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) karena ada banyak yang menjadi korban, termasuk tiga orang terkena tembakan.
Syibli mengatakan, pihaknya terus memantau kondisi di Poman dan meminta Kapolri benar-benar mengendalikan aparatnya di lapangan.
(ali/zil)

korban bentrok
MAHASISWA
* Firdaus Tambelu: patah lengan
* Ramadhan: patah lengan
* Ilham: kaki kiri tertembak
* Muh Rusdi: betis tertembak
* Ibrahim: kepala tertembak
* Mursalim: terinjak
* Andi Sumadi: Luka di kepala
* Guntur: memar di tangan dan lengan
* Amirullah: patah di lengan
* Edi Fikom: patah
* Mardana: jari kiri patah
* Muh Rafi Fachri: luka lengan
* Irfan: luka di tangan
* Muh Nawawi: luka di lengan
* Andi Aris: Luka di betis
* Alif darmadi: luka di betis
DOSEN
* Sofyan
* Masuddin


Sama-sama dari DDI

SENGKETA lahan yang kini menjadi lokasi kampus Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) di Polewali Mandar (Polman) dengan pihak Darul Dakwah Wal Irsyad (DDI) sudah berlansung sekitar lima tahun.
Kedua pihak pun sudah sempat saling menujukkan kekuatan saat kasus tersebut bergulir Pengadilan Negeri (PN) Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Pihak PN Polman pun sudah empat kali merencanakan eksekusi setelah Mahkamah Agung (MA) memenangkan DDI dalam sengketa tersebut. Namun upaya tersebut belum juga bisa dilaksanakan.
Massa Unaman, yang sebagian besar adalah mahasiswa dan dosen, bersikukuh melakukan perlawanan, termasuk saat eksekusi berujung bentrok dengan polisi, Kamis (13/1) kemarin.
Lahan kampus diperebutkan antara kubu tergugat Profesor Sahabuddin dengan kubu Prof Muiz Kabry dari DDI Polman menjadi penggugat.
Di tingkat PN Polman, Sahabuddin menang namun saar kasasi di MA, justru kubu DDI yang dimenangkan. Putusan MA terbit pada 2000 lalu namun eksekusi tak bisa langsung dilaksanakan.
Sahabuddin dan Muiz sesungguhnya berasal dari satu "induk" yakni DDI yang kemudian terbelah menjadi DDI-Ambo Dalle (DDI-AD) dengan DDI versi Muiz Kabry.
Namun Unasman memilih berafiliasi dengan DDI AD.
Sahabuddin adalah salah satu angkatan awal DDI yang sebelumnya Madrasah Arabiyah Islamiyah Mangkoso.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tulis Komentar Anda