Meski diblokir sejumlah negara Arab dan mendapat ancaman serupa dari negara lainnya, produsen BlackBerry--Research in Motion (RIM), tetap tegas menolak untuk membuka akses data pelanggannya. Penegasan resmi ini disampaikan RIM lewat pernyataan tertulis yang dipublikasikan situs Majalah Fortune.
"RIM tidak akan mengakomodasi bentuk permintaan apapun tentang salinan kunci dari data enkripsi pelanggan. Tidak akan pernah, untuk siapa pun, baik itu untuk operator nirkabel maupun pihak ketiga"
"Artinya, pelanggan BlackBerry Enterprise Solution tetap bisa mempertahankan kepercayaan dan keyakinannya akan integritas layanan dengan arsitektur keamanan tanpa perlu takut akan kompromi" demikian pernyataan RIM.
Dalam sebuah interview dengan Reuters, CEO RIM Mike Lazaridis, menjelaskan bahwa setiap data pelanggan BlackBerry telah dienkripsi demi keamanan. Layaknya produk data pada umumnya yang menggunakan akses internet.
"Ini (harusnya) bukan hanya isu tentang BlackBerry saja. Jika (negara yang memblokir) tidak bisa toleran dengan internet, sebaiknya mereka mematikan (internet) saja," sindir Lazaridis.
Kisruh soal pemblokiran BlackBerry jadi mendunia. Sejak Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan blokir, sejumlah negara lain seperti India, China, Rusia, kabarnya siap mengikuti jejak dua negara Arab tersebut.
Tak terkecuali di Indonesia, wacana pemblokiran juga merebak. Kabar ini sempat membuat heboh warga dunia sampai akhirnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membantah tegas dalam klarifikasinya.
Seperti dilansir situs Economic Times, kabar soal pemblokiran layanan BlackBerry di berbagai negara ternyata membawa imbas buruk bagi kondisi saham RIM.
Seiring munculnya isu pemblokiran layanan BlackBerry, termasuk di Indonesia, nilai saham perusahaan Kanada itu anjlok US$ 2,7 miliar setara Rp 24 triliun hanya dalam waktu dua hari saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda