Pemimpin Hong Kong, Donald Tsang mengkritik cara penanganan krisis penyanderaan bus di Manila, Filipina pada Senin, 23 Agustus yang lalu. Delapan turis Hong Kong tewas setelah polisi Filipina menggempur bus wisata yang dibajak selama lebih dari 10 jam.
"Ini sangat disesalkan" kata Tsang yang nyaris menitikkan air mata saat konferensi pers. "Cara penanganannya, khususnya hasilnya, saya lihat mengecewakan," tegas Tsang seperti dilansir kantor berita Reuters. Pelaku penyanderaan adalah mantan kapten polisi yang dipecat, Rolando Mendoza. Pria berumur 55 tahun itu bersenjatakan senapan M-16. Mendoza menyandera para turis dalam sebuah bus di taman terbesar Manila.
Masyarakat Hong Kong pun menanggapi dengan kesal apa yang menurut mereka sebagai operasi penyelamatan yang tidak efektif. "Ini tragedi dan lelucon," cetus Kevin Chan, seorang warga Hong Kong. "Kenapa mereka begitu lama untuk masuk ke bus? Mereka tidak terlatih dengan baik. Apa mereka gila?" ujar Suny Ho, warga Hong Kong lainnya.
Menurut Ho, seharusnya penyanderaan itu bisa diselesaikan dengan negosiasi yang lebih tenang, bukannya dengan kekerasan brutal. "Ini sangat tragis, polisi dan pemerintah Filipina benar-benar tidak kompeten. Pemerintah harusnya menyetujui permintaan pria bersenjata itu dan lebih dulu menyelamatkan orang-orang," tandas Ho.
Mendoza yang bersenjatakan laras panjang menyandera bus itu dalam upayanya mendapatkan kembali pekerjaanya setelah dia dipecat. Secara total, 22 turis Hong Kong disandera bersama-sama tiga warga Filipina, masing-masing seorang pengemudi, seorang pemandu wisata dan seorang juru foto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda