Makassar-Setiap orang akan berbeda dalam menyikapi berbagai gejolak hidupnya. Menyikapi hidup terkadang gampang-gampang susah. Gampang untuk bicara, susah untuk dijalankan. Adakalanya kita bisa berpikiran jernih sehingga semuanya nampak indah, dan adakalanya hati kita dalam keadaan gelap sehingga keluh kesah pun tak dapat dihindari. Keluh kesah dan ketenangan silih berganti menyelimuti perjalanan hidup kita. Dan semuanya sudah menjadi hukum Allah bahwa kehidupan ini memang selalu berputar dan berpasang-pasangan, yang menjadikannya sebagai ujian, pelajaran, cobaan dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir.
Manusia dengan perbedaan cara pandangnya, selalu menanti kehadiran masa-masa yang tenang sehingga bisa menjadikannya sebagai sebuah kebahagiaan yang dalam. Masa-masa yang tenang ini akan sangat berdampak pada penjernihan akal dan pikiran manusia. Tetapi tidak sedikit pula manusia yang dapat merasakan ketenangan hati dengan tidak terpengaruh tempat dan waktu. Bagi mereka, suasana ramai maupun sepi, malam ataupun siang, semuanya sama karena sudah terpancar sinar ketenangan dalam hatinya. Sungguh beruntung orang yang seperti itu.
Lain dengan mereka, lain pula dengan dirinya. Seorang pemimpin organisasi lingkup kota makassar, mengkonflikkan batinnya dalam persoalan perasaan terhadap wanita. terdiam melihat sosok wanita bahkan tak beranjak dari tempat duduknya. dan pemberangkatannya pun keluar kota tertunda beberapa jam. wanita itupun pergi diapun trut beranjak dari tempat duduknya tuk melangkah ke sepeda motornya beranjak keluar kota menuju pangkep dengan impian organisasi. di kota itu mencurahkan isi hatinya dengan teman-sahabatnya, ada yang tersenyum ada pula ikut larut dalam konflik batinnya...-untukmu ketua-
Selasa, 27 April 2010
30 Anggota Tim Pengawas Century
Posting ; Barru 27 April 2010
Sidang Paripurna DPR, Selasa (27/4/2010), menetapkan 30 nama anggota dari Tim Pengawas Tindak Lanjut Rekomendasi Panitia Angket DPR RI tentang Pengusutan Kasus Bank Century, nama-nama tersebut adalah
Fraksi Demokrat: Moh Djafar Hafsah, Achsanul Qosasi, Ignatius Mulyono, Soetan Bathoegana, Vera Febrianti, Soetjipto, Didi Irawadi, dan I Gede Pasek Suardika.
Fraksi Golkar: Ade Komaruddin, Agun Gunanjar, Bambang Soesatyo, Melchias Marcus Mekeng, Idrus Marham, dan Azis Syamsuddin.
Fraksi PDI-P: Gayus Lumbuun, Sidharta Danusubrata, Ganjar Pranowo, Trimedya Panjaitan, dan Hendrawan Supratikno.
Fraksi PKS: Mahfud Siddiq, Andi Rahmat, dan Fahri Hamzah.
Fraksi PAN: Asman Abnur dan Tjatur Sapto Edi.
Fraksi PPP: Epyardi Asda dan Aditya Mufti Arifin.
Fraksi PKB: Nur Yasin dan Imam Nahrowi.
Fraksi Gerindra: Soepriyatno.
Fraksi Hanura: Akbar Faisal.
Rapat-rapat tim akan dipimpin bergantian oleh pimpinan DPR, yaitu Priyo Budi Santoso, Pramono Anung, Marzuki Alie, Anis Matta, dan Taufik Kurniawan sebulan sekali. Cara ini sempat menuai interupsi dari anggota
Sidang Paripurna DPR, Selasa (27/4/2010), menetapkan 30 nama anggota dari Tim Pengawas Tindak Lanjut Rekomendasi Panitia Angket DPR RI tentang Pengusutan Kasus Bank Century, nama-nama tersebut adalah
Fraksi Demokrat: Moh Djafar Hafsah, Achsanul Qosasi, Ignatius Mulyono, Soetan Bathoegana, Vera Febrianti, Soetjipto, Didi Irawadi, dan I Gede Pasek Suardika.
Fraksi Golkar: Ade Komaruddin, Agun Gunanjar, Bambang Soesatyo, Melchias Marcus Mekeng, Idrus Marham, dan Azis Syamsuddin.
Fraksi PDI-P: Gayus Lumbuun, Sidharta Danusubrata, Ganjar Pranowo, Trimedya Panjaitan, dan Hendrawan Supratikno.
Fraksi PKS: Mahfud Siddiq, Andi Rahmat, dan Fahri Hamzah.
Fraksi PAN: Asman Abnur dan Tjatur Sapto Edi.
Fraksi PPP: Epyardi Asda dan Aditya Mufti Arifin.
Fraksi PKB: Nur Yasin dan Imam Nahrowi.
Fraksi Gerindra: Soepriyatno.
Fraksi Hanura: Akbar Faisal.
Rapat-rapat tim akan dipimpin bergantian oleh pimpinan DPR, yaitu Priyo Budi Santoso, Pramono Anung, Marzuki Alie, Anis Matta, dan Taufik Kurniawan sebulan sekali. Cara ini sempat menuai interupsi dari anggota
Lahirnya Revolusi Baru, Front Pembebasan Farabundo Marti (FMLN) Memenangkan Pemilu Presiden di El Salvador
Posting, Pangkep 27 April 2010
Di El Salvador, untuk pertama kalinya di Amerika Latin, sebuah bekas organisasi politik militer mencoba berkuasa tidak melalui berondongan senjata namun melalui kotak suara. Meski Front Sandinista di Nikaragua memenangkan pemilu 1984, mereka baru meraih kursi kekuasaan lima tahun lebih setelah penggulingan diktaktor Somoza. Tahun 2006, saat Daniel Ortega terpilih kembali, Front Sandinista lama yang terbentuk tahun 1979 sudah sulit dikenali.
Front Pembebasan Farabundo Marti (FMLN) di El Salvador dibentuk tahun 1980, melalui fusi dari lima kelompok gerilya yang didukung Kuba dan Nikaragua. FLMN mencalonkan seorang kandidat aktraktif, Maurico Funes, pada pemilu presiden hari Minggu. Dan, Funes nampaknya memimpin 10 poin saat penghitungan pemilu malam hari, menunjukkan sebuah kemenangan telak.
Partai konservatif ARENA, yang telah memerintah El Salvador sejak 10 tahun setelah perang sipil berakhir tahun 1992, melakukan segala cara untuk mencegah kemenangan FMLN. Salah satunya dengan cara, sekali lagi, mengenakan cap merah seperti tertuang di buku tipuan. Menurut kampanye negatif ARENA, kemenangan FMLN akan membawa negara itu ke komunisme, dan membawa Hugo Chavez dan Catro bersaudara ke El Salvador.
Tapi taktik menakut-nakuti itu tidak ampuh saat ini. Ini merupakan pelajaran berharga yang bisa dipetik gerakan politik sayap kiri dan kelompok gerilya di Amerika Latin. Partai Sosialis di Chile, Partai Buruh di Brasil, Front Umum di Uruguay, termasuk juga Chavez di Venezuela dan PRD dan FSLN di Mexico dan Nikaragua. Mereka dapat melihat bahwa, setelah bertahun-tahun menanti, kelompok sayap kiri dapat memenangkan pemilu di Amerika Latin.
Perbedaan antara kemenangan kelompok kiri dan FMLN El Salvador akan dikenang saat karakter lama FMLN sebagai sebuah gerakan bersenjata berubah dalam keseharian saat mereka mulai memerintah. Meski Maurico Funes bukan gerilyawan tua, wakil presidennya, Salvador Sanchez Caren, dan kebanyakan pimpinan FMLN adalah pimpinan gerilyawan dan kader Castro. Merekalah, bukan Funes, yang mengontrol organisasi FMLN. Pimpinan FMLN yang berpikir terbuka, demokratis, modern dan cerdas –Facundo Guardado, Joaquin Villalobos, Salvador Samayoa, Ana Guadalupe Martinez, dan Ferman Cienfuegos– telah meninggalkan partai itu.
Kekhawatiran kedua adalah hubungan FMLN dengan Kuba dan Venezuela. Setidaknya setahun lalu, setiap orang yang mendatangi markas besar FMLN di San Salvador untuk wawancara, sebagai contoh, akan menemui Ceren, sang sekretaris jendral, yang berdandan mirip Chavez: kaos merah, baret merah, lengkap dengan kutipan ajarannya.
Chavez menolong FMLN dengan memberi minyak murah dan gratis di cabang-cabang utama negara, dan kemungkinan (karena belum bisa dibuktikan) penyaluran dana, meski jumlahnya kecil, untuk biaya pemilu. Kehadiran Kuba juga kuat, meski situasi politik sekarang dengan Raul Castro membuat orang sulit mengetahui secara persis siapa bekerja untuk siapa. Ramiro Abreau, orang yang “menjalankan” Departemen Kuba untuk El Salvador di Amerika Latin tahun 1980 dan 1990an, masih tetap aktif. Tapi sekarang dia lebih menjadi pebisnis dan negarawan senior ketimbang sebagai seorang pimpinan operasi Kuba.
Namun pengaruh Kuba atas pimpinan tua FMLN tetap utuh. Keterlibatan Kuba dan Venezuela dalam partai politik di Mexico atau Brasil, sebagai contoh, tidak terbantahkan, tetapi tidak kemudian amat relevan. Di sini terdapat negara besar dengan skala ekonomi besar, di mana konspirasi dan rejim boneka tidak efektif. Tetapi El Salvador, seperti Nikaragua, Bolivia dan Ekuador, adalah cerita lain.
Faktor ketiga menimbang dalam keseimbangan analisis bahwa pemerintah FMLN dalam jangka pendek akan mengantarkan krisis ekonomi di kawasan Amerika Latin. Untuk sesaat, amat tidak mungkin menerima ketika resesi dapat memprovokasi sebuah radikalisasi kiri di kawasan, yang dipromosikan oleh Chavez, atau menginduksi moderasi melalui pengunduran diri – ini, adalah sebuah tujuan revolusioner yang berangkat dari kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan. Hal ini akan kita ketahui sebentar lagi.
Namun konsekuensi yang lebih penting dari kemenangan FMLN barangkali efeknya akan menipu sebagian Amerika Tengah dan Mexico. Presiden Honduras Manuel Zelaya, karena masalah kenyamanan dan pertimbangan demagogi, tengah bergerak ke lingkaran Chavez; Ortega di Nikaragua menjadi bagian lingkaran, sebagaimana kedekatan penduduk dengan Alvaro Colom di Guatemala. Jika kita memasukkan El Salvador ke daftar ini, hanya Kosta Rika dan Panama di bagian selatan yang tertinggal, meninggalkan Mexico di utara yang semakin terekspos.
Tentu saja negara-negara Amerika Tengah tidak mempunyai pengaruh besar di Mexico; jika ada pun, ini di luar perhitungan. Tetapi kelompok kiri Mexico, tidak lagi lemah setelah kekalahannya tahun 2006, dan tengah membutuhkan sebuah model pembangunan. Simpati lebih besar akan didapatkan Chavez, Presiden Bolivia Evo Morales, Kuba, Sandinista, dan sekarang FMLN ketimbang kelompok kiri moderat di Chile, Brasil, Uruguai dan Peru.mMereka akan membaca kemenangan Fune sebagai satu lagi contoh kebangkitan “rakyat” dan pencabutan lagi rambut Paman Sam. Membatalkan kemenangan historis FMLN sebagai sebuah tindakan keadilan seperti halnya kembali ke jaman terbelakang alias sebuah tindakan sembrono.
Di El Salvador, untuk pertama kalinya di Amerika Latin, sebuah bekas organisasi politik militer mencoba berkuasa tidak melalui berondongan senjata namun melalui kotak suara. Meski Front Sandinista di Nikaragua memenangkan pemilu 1984, mereka baru meraih kursi kekuasaan lima tahun lebih setelah penggulingan diktaktor Somoza. Tahun 2006, saat Daniel Ortega terpilih kembali, Front Sandinista lama yang terbentuk tahun 1979 sudah sulit dikenali.
Front Pembebasan Farabundo Marti (FMLN) di El Salvador dibentuk tahun 1980, melalui fusi dari lima kelompok gerilya yang didukung Kuba dan Nikaragua. FLMN mencalonkan seorang kandidat aktraktif, Maurico Funes, pada pemilu presiden hari Minggu. Dan, Funes nampaknya memimpin 10 poin saat penghitungan pemilu malam hari, menunjukkan sebuah kemenangan telak.
Partai konservatif ARENA, yang telah memerintah El Salvador sejak 10 tahun setelah perang sipil berakhir tahun 1992, melakukan segala cara untuk mencegah kemenangan FMLN. Salah satunya dengan cara, sekali lagi, mengenakan cap merah seperti tertuang di buku tipuan. Menurut kampanye negatif ARENA, kemenangan FMLN akan membawa negara itu ke komunisme, dan membawa Hugo Chavez dan Catro bersaudara ke El Salvador.
Tapi taktik menakut-nakuti itu tidak ampuh saat ini. Ini merupakan pelajaran berharga yang bisa dipetik gerakan politik sayap kiri dan kelompok gerilya di Amerika Latin. Partai Sosialis di Chile, Partai Buruh di Brasil, Front Umum di Uruguay, termasuk juga Chavez di Venezuela dan PRD dan FSLN di Mexico dan Nikaragua. Mereka dapat melihat bahwa, setelah bertahun-tahun menanti, kelompok sayap kiri dapat memenangkan pemilu di Amerika Latin.
Perbedaan antara kemenangan kelompok kiri dan FMLN El Salvador akan dikenang saat karakter lama FMLN sebagai sebuah gerakan bersenjata berubah dalam keseharian saat mereka mulai memerintah. Meski Maurico Funes bukan gerilyawan tua, wakil presidennya, Salvador Sanchez Caren, dan kebanyakan pimpinan FMLN adalah pimpinan gerilyawan dan kader Castro. Merekalah, bukan Funes, yang mengontrol organisasi FMLN. Pimpinan FMLN yang berpikir terbuka, demokratis, modern dan cerdas –Facundo Guardado, Joaquin Villalobos, Salvador Samayoa, Ana Guadalupe Martinez, dan Ferman Cienfuegos– telah meninggalkan partai itu.
Kekhawatiran kedua adalah hubungan FMLN dengan Kuba dan Venezuela. Setidaknya setahun lalu, setiap orang yang mendatangi markas besar FMLN di San Salvador untuk wawancara, sebagai contoh, akan menemui Ceren, sang sekretaris jendral, yang berdandan mirip Chavez: kaos merah, baret merah, lengkap dengan kutipan ajarannya.
Chavez menolong FMLN dengan memberi minyak murah dan gratis di cabang-cabang utama negara, dan kemungkinan (karena belum bisa dibuktikan) penyaluran dana, meski jumlahnya kecil, untuk biaya pemilu. Kehadiran Kuba juga kuat, meski situasi politik sekarang dengan Raul Castro membuat orang sulit mengetahui secara persis siapa bekerja untuk siapa. Ramiro Abreau, orang yang “menjalankan” Departemen Kuba untuk El Salvador di Amerika Latin tahun 1980 dan 1990an, masih tetap aktif. Tapi sekarang dia lebih menjadi pebisnis dan negarawan senior ketimbang sebagai seorang pimpinan operasi Kuba.
Namun pengaruh Kuba atas pimpinan tua FMLN tetap utuh. Keterlibatan Kuba dan Venezuela dalam partai politik di Mexico atau Brasil, sebagai contoh, tidak terbantahkan, tetapi tidak kemudian amat relevan. Di sini terdapat negara besar dengan skala ekonomi besar, di mana konspirasi dan rejim boneka tidak efektif. Tetapi El Salvador, seperti Nikaragua, Bolivia dan Ekuador, adalah cerita lain.
Faktor ketiga menimbang dalam keseimbangan analisis bahwa pemerintah FMLN dalam jangka pendek akan mengantarkan krisis ekonomi di kawasan Amerika Latin. Untuk sesaat, amat tidak mungkin menerima ketika resesi dapat memprovokasi sebuah radikalisasi kiri di kawasan, yang dipromosikan oleh Chavez, atau menginduksi moderasi melalui pengunduran diri – ini, adalah sebuah tujuan revolusioner yang berangkat dari kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan. Hal ini akan kita ketahui sebentar lagi.
Namun konsekuensi yang lebih penting dari kemenangan FMLN barangkali efeknya akan menipu sebagian Amerika Tengah dan Mexico. Presiden Honduras Manuel Zelaya, karena masalah kenyamanan dan pertimbangan demagogi, tengah bergerak ke lingkaran Chavez; Ortega di Nikaragua menjadi bagian lingkaran, sebagaimana kedekatan penduduk dengan Alvaro Colom di Guatemala. Jika kita memasukkan El Salvador ke daftar ini, hanya Kosta Rika dan Panama di bagian selatan yang tertinggal, meninggalkan Mexico di utara yang semakin terekspos.
Tentu saja negara-negara Amerika Tengah tidak mempunyai pengaruh besar di Mexico; jika ada pun, ini di luar perhitungan. Tetapi kelompok kiri Mexico, tidak lagi lemah setelah kekalahannya tahun 2006, dan tengah membutuhkan sebuah model pembangunan. Simpati lebih besar akan didapatkan Chavez, Presiden Bolivia Evo Morales, Kuba, Sandinista, dan sekarang FMLN ketimbang kelompok kiri moderat di Chile, Brasil, Uruguai dan Peru.mMereka akan membaca kemenangan Fune sebagai satu lagi contoh kebangkitan “rakyat” dan pencabutan lagi rambut Paman Sam. Membatalkan kemenangan historis FMLN sebagai sebuah tindakan keadilan seperti halnya kembali ke jaman terbelakang alias sebuah tindakan sembrono.
Langganan:
Postingan (Atom)