Sabtu, 13 Juni 2009

Teknologi Kapal Selam Rusia, Pertama Yang Mampu Jelajahi Kutub Utara

Bersamaan dengan menipisnya selimut es yang menutupi Kutub Utara lantaran pemanasan global, lomba memperebutkan kepemilikan atas sumber energi yang tersimpan di dalamnya pun dimulai. Berharap menjadi negara pertama yang menjejakkan kaki ke dasar laut Kutub Utara, Rusia mengirimkan misi pertamanya pekan lalu. Dua kapal selam mini, satu kapal ekspedisi dilengkapi kapal pemecah es bertenaga nuklir, Rossiya, dikerahkan menuju Kutub Utara. Satu helikopter juga diterbangkan untuk mencari jalan bagi iring-iringan kapal itu. Meski sempat dihadang gangguan teknis pada baling-baling mesin kapal Akademik Fyodorov, misi itu jalan terus.

Begitu mencapai kepulauan Franz Josef Land, dua pertiga jarak dari daratan Rusia ke Kutub Utara, tes penyelaman di perairan Arktik dilakukan. Perlu waktu satu jam bagi Mir-1 dan Mir-2, kapal selam Rusia, untuk mencapai dasar laut di kedalaman 1.311 meter. Kapal yang masing-masing diawaki seorang pilot itu menyelam pada 87 kilometer sebelah utara Franz Josef Land, kepulauan Rusia paling utara di Laut Barents.

Mir-1 muncul ke permukaan setelah lima jam di dalam air, sedangkan Mir-2 menyelam lebih lama di dasar laut untuk mengumpulkan sampel yang akan diteliti. "Ini pertama kalinya sebuah kapal selam bekerja di bawah lapisan es dan terbukti mereka bisa melakukannya," kata Anatoly Sagalevich, pilot Mir-1. Pemimpin misi, Artur Chelingarov, menyatakan uji coba penyelaman itu sebenarnya tidak direncanakan. "Tapi kami memutuskan mengecek ulang semua hal," kata anggota parlemen itu.

Penyelaman ini memang berisiko tinggi karena belum pernah ada kapal selam yang bekerja di bawah es. Kapal selam Soviet dan Amerika Serikat memang pernah mengarungi perairan di bawah lapisan es kutub, tapi tak ada yang pernah mencapai dasarnya, yang diperkirakan dalamnya lebih dari 4.000 meter. Stasiun televisi Vesti-24, yang mengikuti misi itu, memperlihatkan gambar kapal selam itu menyelam ke dalam lapisan air dan es yang tebal. Koresponden televisi itu menyatakan proses kembali ke kapal terbukti lebih sulit daripada mencapai dasar laut. "Saya mendengar beberapa orang di atas kapal Akademik Fyodorov berdoa selama operasi berlangsung," katanya. "Jika gagal kembali ke titik penyelaman, mereka bisa terperangkap di bawah lapisan es tebal."

Setelah uji coba, ekspedisi itu kembali menuju Kutub Utara, beberapa ratus mil arah utara. Chelingarov menyatakan tantangan berat dan berisiko tinggi menanti mereka di dasar laut samudra paling berat di dunia itu. Setiba di kutub, dua kapal selam mini itu harus menyelam empat kali lebih dalam. Kamis lalu, penjelajah terkenal Rusia, Chelingarov, dan anggota parlemen lainnya, Vladimir Gruzdev, berhasil menyelam ke dasar laut sedalam 4.200 meter menggunakan Mir. Di sana mereka mencemplungkan kapsul dari logam titanium yang berisi bendera Rusia.

Bendera itu merupakan simbol bahwa daerah itu adalah teritori Negara Beruang Merah itu. Rusia yakin dasar laut Arktik itu adalah hak mereka karena wilayah tersebut merupakan perluasan dari daratan mereka. Menurut hukum internasional, ada lima negara yang memiliki teritori di Lingkaran Arktik, yaitu Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, dan Denmark, lewat kepemilikan Denmark atas Greenland. Mereka hanya bisa mengklaim wilayah dalam zona 320 kilometer dari garis pantainya untuk kegiatan ekonomi.

Namun, sejak 2001, Rusia mengklaim wilayah yang lebih luas sampai ke Kutub Utara. Alasannya, dasar laut Arktik dan Siberia berada dalam landas kontinen yang sama. Ekspedisi kapal riset Akademik Fyodorov, yang berisi 100 ilmuwan, ini dikerahkan untuk mendukung klaim itu. Tugas utamanya adalah membuktikan bahwa Lomonosov Ridge, punggung pegunungan dasar laut di bawah Samudra Arktik, adalah sambungan dari landas kontinen Siberia. Bukti ini akan mengesahkan kepemilikan Rusia berdasarkan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dasar laut yang semula diselimuti es abadi ini mendadak jadi ajang perebutan lima negara di sekitarnya. Persaingan untuk menguasai Kutub Utara ini terkait dengan dugaan bahwa wilayah itu mengandung minyak, gas, dan mineral berlimpah. Perairan itu juga kaya dengan ikan dan jalur pelayaran penting yang amat strategis. Tak mau kalah dengan Rusia, Denmark berharap bisa membuktikan bahwa Lomonosov Ridge adalah perluasan Greenland, bukan Rusia. Sedangkan Kanada menganggarkan US$ 7 miliar untuk membangun dan mengoperasikan 8 kapal patroli di Arktik untuk menegakkan kedaulatannya atas wilayah itu.

Kongres Amerika Serikat juga tengah menimbang anggaran sebesar US$ 8,7 miliar untuk menjaga pantai Amerika. Anggaran baru itu termasuk US$ 100 juta untuk mengoperasikan dan memelihara tiga kapal pemecah es kutub yang dimilikinya, serta pembuatan dua kapal baru.

Bagi Rob Huebert, Associate Director Center for Military and Strategic Studies di Calgary, Kanada, semua kehebohan ini agak menggelikan karena sebenarnya tak ada yang tahu pasti berapa banyak minyak dan gas yang tersimpan di perut Kutub Utara. "Tapi konon 18 persen cadangan minyak dunia berada di sana," ujarnya. "Itu sama dengan cadangan minyak Arab Saudi."

Namun, jika tuntutan ini terbukti dan diakui oleh dunia internasional, Rusia akan memperoleh tambahan wilayah seluas 1.191.394 kilometer persegi, yang mungkin saja mengandung 10 miliar ton minyak dan gas. Bila minyak itu tak ada, toh mereka masih bisa menguasai jalur pelayaran yang bisa mempersingkat jarak antara Eropa dan Asia sampai 3.704 kilometer dibanding rute melalui Terusan Panama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tulis Komentar Anda