Moamar Khadafy tampaknya sedang menghadapi saat-saat terakhir kekuasaannya setelah lebih daripada 40 tahun menggenggam Libya. Gerakan oposisi sudah mencapai Tripoli. Tampaknya kejatuhan Khadafy tinggal menunggu waktu. Hal ini terjadi akibat bantuan besar-besaran yang diberikan oleh NATO dan Amerika Serikat. Tanpa bantuan mereka dapat dipastikan posisi Khadafy tak tergoyahkan.
Gempuran secara terus-menerus oleh pesawat tempur NATO telah menghancurkan sebagian besar sarana dan prasarana militer Libya. Tetapi akibat sampingannya adalah korban rakyat sipil berjatuhan. Rakyat yang tidak berdosa ikut menjadi korban, baik oleh pemboman NATO maupun akibat perang saudara antara pendukunbg Khadafy dan pihak oposisi. Yang jadi korban adalah rakyat Libya, bukan rakyat Eropa atau Amerika Serikat.
Bantuan uang serta agen-agen dinas rahasia NATO dan Amerika membanjiri Libya. Mereka ikut berperan dalam melatih dan memberikan informasi intelijen kepada pesawat tempur NATO sehingga sasaran tembak mereka dapat diarahkan. Setelah selama 5 bulan digempur habis-habisan oleh NATO, akhirnya pasukan oposisi berhasil masuk ke Tripoli.
Sesungguhnya negara-negara Eropa dan NATO sudah sejak lama ingin menyingkirkan Khadafy, namun tidak berdaya menghadapi kekuatan Khadafy. Perkemahan Khadafy pernah dihantam oleh peluru kendali Amerika, namun tidak berhasil menewaskan Khadafy. Walaupun Libya diasingkan dalam pergaulan internasional, namun Khadafy tetap dapat bertahan.
Nah, kesempatan untuk menyingkirkan Khadafy muncul setelah Tunisia mengalami gejolak yang mampu menyingkirkan presidennya yang telah lama berkuasa, Ben Ali. Gelombang Tunisia yang melanda negara-negara Timur Tengah (Mesir, Yaman, Suriah) hinggap pula di Libya. Hal ini memberi kesempatan emas bagi Amerika dan NATO untuk masuk ke Libya sekaligus menyingkirkan orang yang paling berkuasa disana yaitu Khadafy.
Buntut-buntutnya ketahuan juga belangnya. Ternyata pemboman dan bantuan uang kepada pasukan oposisi bermuara pada kepentingan ekspolrasi minyak Libya yang berlimpah. Pada saat ini eksplorasi minyak Libya dikuasai oleh perusahaan China, Rusia dan Brazil. Dan apabila Khadafy jatuh, maka perusahaan-perusahaan minyak Eni (Italia), BP (Inggris) sudah ambil ancang-ancang untuk mengambil alihnya (Kompas 23/8/2011). Rupanya inilah tujuan akhirnya : minyak dan gas Libya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda