Disebut-sebut Norwegia adalah sebuah negeri damai di kawasan Skandinavia, namun secara tiba-tiba dari negeri yang menganut sistem pemerintahan monarki konstitusional itu, masyarakat dunia dikejutkan oleh aksi terorisme. Lebih mengejutkan lagi, aksi terorisme yang menewaskan 92 orang, baik yang dilakukan dengan cara penembakan di Pulau Otoeya maupun peledakan bom di kantor pemerintahan di Oslo, dilakukan oleh fundamentalis Kristen. Media menyebutnya dengan sebutan seorang fundamentalis kanan.
Pelaku yang namanya diidentifikasi Anders Behring Breivik mempunyai pekerjaan sebagai petani organik yang mengaku dirinya seorang Kristen konservatif. Dirinya mempunyai sebuah keyakinan yang kuat yang menyatakan, satu orang dengan keyakinan setara dengan kekuatan pasukan 100 ribu orang dengan satu misi. Tidak hanya itu, Breivik terungkap telah bergabung dengan satu partai yang anti terhadap kaum imigran, multikulturalisme, dan Islam.
Dengan tertangkapnya Breivik maka hilanglah spekulasi yang sebelumnya menuduh apa yang terjadi di Oslo dilakukan oleh terorisme dari fundamentalis Islam. Dugaan itu sebelumnya menguat karena Norwegia pada saat yang sama sedang mengadili 2 terdakwa perencana teror yang dilakukan oleh anggota Al Qaeda. Selain itu pengadilan di negeri yang merdeka 17 mei 1814 itu juga tengah mengadili seorang ulama kelahiran Iraq yang hendak mengancam politisi Swedia itu. Ulama itu akan membunuh mereka jika sampai dideportasi.
Apa yang terjadi di Oslo dan Pulau Utoya itu tentu tidak dikehendaki masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Eropa pada khususnya. Masyarakat Eropa dan Amerika Serikat, dengan kejadian ini tentu akan membelalakan matanya bahwa ternyata terorisme dilakukan tidak hanya oleh kelompok fundamentalis Islam, dari kelompok fundamentalis Kristen pun ternyata mempunyai kesempatan dan peluang yang sama bila mereka mau. Dan itu terbukti pada apa yang dilakukan oleh Breivik.
Intelijen kecolongan dari terorisme yang dilakukan Breivik sebab selama ini intelijen Norwegia lebih mengawasi sepak terjang ummat Muslim daripada kelompok-kelompok yang anti pemerintahan Perdana Menteri Jens Stoltenberg.
Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat tidak menghendaki terorisme yang dilakukan Breivik, bukan hanya karena apa yang dilakukan adalah sebuah kejahatan kemanusiaan namun akan membiaskan atau mementahkan 'program' mereka untuk melawan terorisme dan memusuhi serta mengusir ummat Islam dari Eropa yang selama ini telah berjalan sesuai dengan skenario.
Selama ini banyak politisi negeri-negeri Eropa seperti Belanda, Swiss, Denmark, Swedia, Perancis, Jerman, serta beberapa negara lainnya mengkampanyekan anti Muslim. Kampanye yang dilakukan adalah dengan cara melarang penggunaan simbol-simbol Islam dan mendirikan masjid. Selain itu melakukan pembatasan terhadap kaum imigran yang datang dari negara-negara Arab dan Afrika Utara. Mereka khawatir dengan massifnya kaum Muslim dengan membawa identitas asalnya akan membuat rusaknya identitas dan nasionalisme bangsa-bangsa Eropa. Untuk mencegah hal yang demikian, maka fitnah, pelecehan, dan tindak kekerasan dilakukan oleh negara-negara Eropa kepada kaum Muslim.
Selepas apa yang dilakukan oleh Breivik maka membuktikan bahwa apa yang selama ini dituduhkan oleh negara-negara Eropa kepada ummat Muslim tidak selamanya benar. Amerika Serikat sendiri kebingungan dalam mensikapi terorisme di Oslo dan Pulau Otoeya, sebab dilakukan oleh kelompok yang selama ini tidak masuk dalam catatan kelompok yang harus diperangi. Sehingga pastinya Amerika Serikat tidak akan mengirimkan pasukan ke Norwegia. Tidak seperti ketika Al Qaeda melakukan aksi 9/11, mereka langsung menginvasi Afghanistan.
Selepas apa yang dilakukan Breivik akan terjadi babak baru hubungan antara Islam, Kristen, dan Barat. Barat akan menjadi paham bahwa ajaran kekerasan tidak hanya ada dalam satu agama saja (Islam) namun pada semua agama, dan itu dilakukan bila ummatnya mengalami tekanan.
Breivik kecewa pada kebijakan Stoltenberg yang disebutnya terlalu ke kiri. Breivik yang selama ini tergabung di dalam partai kanan merasa tidak terakomodasi. Stoltenberg adalan ekonom Norwegia, ketua Partai Buruh Norwegia (Norwegian Labour Party) atau Det norske Arbeiderparti sejak tahun 2001. Dirinya juga ketua Workers' Youth Leagaue periode 1985-1989 dan Oslo Chapter untuk Partai Buruh 1990-1992. Partai Buruh Norwegia adalah partai politik demokratik sosial yang didirikan pada tahun 1887. Partai Buruh merupakan partai politik terbesar di Norwegia sejak tahun 1927 dan sering memperoleh lebih dari separuh total kursi di parlemen.
Sebagai seorang petani, bisa jadi Breivik selama ini sering dikecewakan oleh kebijakan Stoltenberg. Sehingga pupuk dan bahan kimia yang dibelinya dalam jumlah besar, yang sedianya untuk perusahaan pertanian yang ia dirikan, Breivik Geofarm, ia gunakan untuk merakit bom. Selanjutnya kekecewaan Breivik itu dengan menggunakan keyakinan yang dianut dilampiaskan dengan meledakan kantor pemerintahan dan menembaki kader-kader Partai Buruh.
Apa yang dilakukan Breivik harus menjadikan masukan bagi Stoltenberg. Ia harus mampu mengakomodasi dan memperhatikan semua kelompok, etnis, dan agama agar kekecewaan dari masyarakat tidak diwujudkan dalam bentuk aksi teror.
Namun biasanya bila ada aksi teror, pemerintah biasanya langsung reaktif dengan bertindak keras. Bila negara-negara Eropa selama selama ini melarang simbol-simbol fundamentalis Islam, bisa jadi pasca terorisme di Norwegia yang dilakukan oleh Breivik itu akan membuat simbol-simbol dan gerakan fundamentalis Kristen akan juga diawasi dan dilarang oleh pemerintah.
*) Ardi Winangun pernah bekerja di Civil-Militery Relations Studies (Vilters). Penulis tinggal di Matraman, Jakarta Timur. Nomor kontak: 08159052503. Email: ardi_winangun@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda