Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai, dinamika yang berlangsung setelah dikaitkannya politisi Demokrat, M Nazaruddin, dalam pusaran kasus dugaan suap proyek wisma atlet SEA Games menunjukkan semakin menjustifikasi persepsi publik bahwa ada faksionalisasi yang tajam di internal partai pemenang pemilu tersebut. Hal itu, katanya, dikuatkan dengan adanya perbedaan pendapat yang dilontarkan para elite Demokrat terkait keputusan partai terhadap Nazaruddin.
"Secara politik, krisis di Demokrat ini menjustifikasi persepsi publik bahwa faksionalisasi sangat tajam di beberapa pihak di internal partai ini. Kita bisa lihat dari pernyataan yang berbeda-beda dalam kasus Nazaruddin. Pernyataan SBY sebagai Ketua Dewan Pembina (seusai menerima laporan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD soal pemberian uang oleh Nazaruddin) juga menunjukkan kegamangan dan lepas kendali yang terjadi di Demokrat," kata Yunarto.
Pada Senin malam, Dewan Kehormatan Demokrat memutuskan mencopot Nazaruddin dari posisi bendahara umum. Sebelumnya, anggota Dewan Kehormatan, EE Mangindaan, sudah menyarankan agar Nazaruddin mengundurkan diri. Pernyataan ini ditanggapi beragam dari elite internal Demokrat, seperti Wakil Ketua Umum Max Sopacua dan Juru Bicara Demokrat Ruhut Sitompul.
Yunarto memprediksi, Nazaruddin akan membentuk kubu sendiri pasca-dilengserkan dari jabatannya. "Ketika SBY sudah bicara pun, Nazaruddin terkesan 'melawan' dengan menyatakan tidak akan mundur. Faksionalisasi di Demokrat memang terlihat jelas pascakongres tahun lalu. Setelah adanya krisis saat ini, konstelasi akan berbeda dan bisa semakin liar," ujarnya.
"Bahkan, bisa muncul perpecahan karena adanya perbedaan pendapat atas keputusan Dewan Kehormatan dan bisa jadi semakin liar, serta munculnya faksi baru," lanjut Yunarto.
Nazaruddin sendiri menyatakan siap membuka "borok" sejumlah kader Demokrat yang dinilainya juga melakukan pelanggaran etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda