Selasa, 11 Januari 2011

Kantor Bupati Gowa Diserang Pakai Pusaka Kerajaan Gowa

Massa yang mengatasnamakan diri Aliansi Rakyat Gowa (ARG) kembali menyerang Kantor Bupati Gowa,kemarin. Aksi ini merupakan kelanjutan atas penolakan hasil pilkada yang menetapkan Ichsan Yasin Limpo sebagai Bupati Gowa. Dalam aksinya, ratusan orang pendemo tidak hanya menyerang dengan lemparan batu, tapi juga membawa senjata tajam berupa parang dan badik. Bahkan pusaka Kerajaan Gowa seperti panji-panji kerajaan, tombak satu mata dan tombak tiga mata (trisula) juga terlihat.

Tak hanya itu, massa juga memersanjatai diri dengan membawa anak panah serta meledakkan mercon besar. Akibat insiden yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, tiga orang terluka. Satu terkena sabetan parang di bagian punggung, satu terluka pada bagian kaki, dan anggota Satuan Brimob Polda terkena pukulan di wajah. Penyerangan tersebut bermula saat pengunjuk rasa melakukan aksinya di halaman Kantor Bupati Gowa.

Massa bergerak dengan berjalan kaki dari Jalan Istana Balla Lompoa, langsung memacetkan poros-poros kota Sungguminasa mulai Jalan Andi Mallombassang sampai ke Jalan Masjid Raya di depan Kantor Bupati Gowa. Pengunjung rasa yang berhasil menerobos gerbang Selatan setelah memukul mundur Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkab Gowa, merangsek ke halaman kantor.

Bentroka tak terhindarkan. Lemparan batu dan mercon yang diarahkan massa ke kantor bupati dibalas pula dengan lemparan batu dari sejumlah pegawai. Massa terus merangsek.Penyerang merusak Baruga Karaeng Patingalloang, dua kaca bagian samping pecah.Tak hanya itu, satu unit mobil Suzuki Aerio warna silver yang diparkir di depan baruga ringsek bagian kap depan karena dipukuli massa.

Sekadar diketahui, penyerangan terhadap Kantor Bupati Gowa adalah kali kedua setelah penyerangan pertama pada 21 September 2010 lalu.Sebelumnya, rentetan teror juga terjadi pascapilkada yang dimenangi pasangan Ichsan Yasin Limpo-Razak Badjidu. ARG merupakan kelompok mengakui kemenangan tersebut. Pasukan huru-hara yang dipimpin Kapolres Gowa AKBP Totok Lisdiarto langsung membentuk barikade dan memisahkan dua kubu.

Dalam orasinya, massa menuntut mundurnya Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo yang dituduh berijasah palsu.“Kami sudah lama menunggu dan kami sudah capek bersabar,” ungkap orator dari atas mobil pick up biru yang diparkir di depan Baruga Karaeng Patingalloang. Polisi kemudian menghalau massa keluar dari kantor bupati. Namun, massa tidak membubarkan diri,malah melanjutkan aksi di depan Kantor DPRD yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari Kantor Bupati Gowa. Pukul 15.00 Wita, massa yang berkonsentrasi di depan kantor DPRD kembali mencoba merangsek ke arah kantor Bupati.

Tapi berhasil digagalkan ratusan petugas Polres Gowa yang di-back up Brimob Polda. Kapolres Gowa, AKBP Totok Lisdiarto yang dikonfirmasi usai melakukan pertemuan tertutup dengan Pemkab Gowa diwakili Sekkab Muh Yusuf Sommeng bersama sejumlah aparat dari Polda dan Polres, mengatakan, pihaknya berusaha meredam massa dengan meminta mereka mundur.

Sekitar pukul 16.00 Wita, aparat berhasil mengusir paksa massa ke Jalan Istana dengan menyemprotkan gas air mata. Sebelumnya sempat terjadi aksi kejar-kejaran antara massa dan aparat hingga ke dalam Masjid Syekh Yusuf serta menyita benda tajam yang dibawa pendemo.. Aksi kemarin melumpuhkan beberapa akses jalan utama di Kota Sungguminasa. Hingga pukul 19.00 Wita, Polres Gowa mengamankan sembilan orang tersangka penyerang dan kedapatan membawa senjata tajam.

Putra Mahkota Mengutuk Keras

Putra mahkota raja Gowa ke-36 (raja Gowa terakhir),Andi Kumala Andi Idjo menyayangkan penyerangan Kantor Bupati Gowa dengan membawa pusaka kerajaan berupa tombak, trisula, dan Bendera Batesalapang. ‘’Keluarnya panji-panji ini tidak seizin pihak keluarga kerajaan. Saya sangat sayangkan itu. Lagipula,keluarga besar kerajaan tidak mendukung gerakan ini karena pasca pilkada kami anggap semuanya sudah selesai,’’ kata Andi Kumala Idjo yang dihubungi via telepon kemarin.

Hal ini juga mengundang amarah keluarga besar Laskar Lipang Bajeng, Masykur Mansyur. Masykur mengatakan benda-benda tersebut, sudah lama dicari karena tidak ada di tempat penyimpanannya. Benda-benda yang merupakan benda tajam milik Pasukan Tubarani kerajaan dulu ini telah hilang dari penyimpanannya sejak setahun lalu.“Saya menyesalkan karena panji-panji kerajaan dibawa beraksi seperti barang rongsokan.Saya tersinggung karena ulah itu, apalagi tidak ada konfirmasi sebelumnya.

Selain itu, karena panjipanji itu diletakkan di sembarang tempat dan tidak ada penghargaan sedikitpun,’’ ucap Masykur. Sementara itu, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Gowa,Rimba Alam Pangeran juga menyayangkan ulah massa yang anarkis itu.Apalagi membawa secara bebas panji-panji milik kerajaan. Meskipun diakui Rimba Alam, panji-panji itu sebenarnya bukan aset kerajaan namun ada kaitannya seperti tombak, trisula serta panji-panji batesalapang (9 distrik kerajaan) tanpa restu dari Batesalapang dan pemangku adat.

Di lain pihak saat dihubungi via telepon kemarin, Mallawangan Karaeng Bella, anggota Batesalapang mengaku sangat keberatan dengan dibawa sertanya sejumlah panji-panji Batesalapang karena tidak ada izin dari pemangku adat. ‘’Saya mengecam aksi ini,’’ singkat Mallawangang Karaeng Bella.

Usut Tuntas

Sementara itu, Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo,melalui Kepala Bagian Humas Pemkab Gowa, Arifuddin Saeni mengutuk keras penyerangan tersebut. Dia menyayangkan ulah anarkis massatersebut yang dinilai sudah kelewat batas. Menurut dia, penyerangan tersebut adalah penyerangan simbol negara dan merusak kewibawaan pemerintah. Oleh karena itu, dia menilai penyerangan ini adalah bentuk ujian kepolisian dalam membuktikan profesionalisme kerja mereka.

‘’Kamimintaagarkasusinidiusut tuntas. Penyerangan yang kedua kalinya ini sangat kelewatan dan tidak dibenarkan lagi.Tindakan ini sangat tidak bermoral. Dan yang lebih penting lagi,karena di antara massaitumurniorangdariluarGowa, ini menunjukkan memang ada kesengajaan untuk merusak kondisi di Gowa,’’ kata Arifuddin Saeni. Wakil Ketua DPRD Gowa Rahman Syah mengatakan, siapapun siapa yang ingin menyampaiakan aspirasinya disilakan. Hanya saja semua punya aturan. “Untuk itu kita serahkan semuanya kepada aparat keamanan dan silahkan diusut tuntas,”katanya

ARG

Presidium ARG Ilham Pupir menegaskan, jika sampai saat ini ARG belum mengakui adanya bupati di Kabupaten Gowa.ARG menilai pelatikan Ichsan Yasin Limpo sebagai Bupati Gowa melanggar beberapa aturan. Hal tersebut menurut dia dikuatkan dengan adanya hasil sidang kode etik KPU Sulsel yang menunjukkan jika terdapat calon yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan, terutama kelengkapan administratifnya. Terjadinya kesalahan dalam proses Pilkada Gowa ditunjukkan dengan diberhentikannya secara tidak hormat anggota KPU Gowa.

ARG sendiri mendesak anggota KPU Gowa saat ini untuk bisa menjalankan aturan undang-undang Pilkada secara tegas. Pasalnya, pada setiap aksi ARG pihak KPU Gowa selalu menutup diri. ”KPU Gowa bersikap tidak kooperatif dalam menghadapi aksi-aksi terutama dalam hal menjawab aspirasi masyarakat. Hal tersebut terlihat dari masih panjangnya kisruh Pilkada Gowa yang lalu dan belum mampu dijelaskan penyelesaiannya oleh KPU Gowa,”ungkapnya.

ARG sendiri menurut Ilham merupakan organisasi masyarakat Gowa yang tersebar pada beberapa organisasi kepemudaan,perwakilan lembaga adat, ormas, LSM dan mahasiswa. Namun, ARG sendiri secara tegas menyebutkan tidak mengakui adanya Bupati di Gowa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tulis Komentar Anda