María Eva Duarte de Perón (lebih dikenal dengan nama Evita (lahir di Los Toldos, kota kecil di Provinsi Buenos Aires, Argentina, 7 Mei 1919 – meninggal di Buenos Aires, Argentina, 26 Juli 1952 pada umur 33 tahun) adalah istri kedua Presiden Argentina Juan Domingo Perón (1895–1974) dan Ibu Negara Argentina sejak 1946 hingga wafatnya pada 1952. Meskipun ia tidak pernah secara resmi terpilih menjadi tokoh politik, sebagai Ibu Negara ia akhirnya memiliki lebih banyak kekuasaan dan pengaruh dalam pemerintahan daripada siapapun, kecuali suaminya. Di antara kaum miskin dan kelas pekerja Argentia, ia mempunyai kharisma yang tidak banyak tandingannya di luar monarkhi
Evita membentuk Yayasan Eva Perón, yayasan amal yang membangun ribuan rumah dan sekolah untuk kaum perempuan dan kaum miskin dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Argentina menjamin tidak ada ketimpangan dalam pemeliharaan kesehatan untuk warganya. Evita juga memimpin pembentukan Partai Peronis Perempuan, yang merupakan partai politik perempuan pertama di negaranya.
Pada 1951, ia mengadakan kampanye agar dimungkinkan mencalonkan diri menjadi Wakil Persiden Argentina. Hal ini ditentang oleh militer Argentina, kaum elit, dan akhirnya suaminya sendiri. Andaikan Evita terpilih, ia akan menjadi wakil presiden perempuan pertama di dunia. (Gelar ini akhirnya jatuh ke tangan istri ketiga Perón, Isabel Perón, yang ironisnya berusaha meniru Evita.) Pada 1952 Evita mendapat gelar resmi "Pemimpin Rohani Bangsa".
Evita juga tokoh yang sangat kontroversial pada masa hidupnya, bahkan sampai hari ini. Meskipun hanya enam tahun lebih ia berkiprah dalam politik Argentina, di masa itu ia menjadi pusat gosip dan kabar burung. Dalam bukunya "Evita: The Real Life of Eva Perón", Marysa Navarro dan Nicholas Fraser mengklaim bahwa mitos dan distorsi tentang Eva Perón adalah yang paling rumit dari tokoh politik modern manapun.
Semasa hidupnya, Evita adalah perempuan paling berkuasa di negerinya. Kebanyakan sejarahwan setuju bahwa ia tetap yang paling berpengaruh dalam sejarah bangsanya dan di seluruh Amerika Selatan. Pada saat kematiannya, ia adalah perempuan paling berpengaruh di seluruh dunia.
Masa kecil Eva
María Eva Duarte lahir di Los Toldos, kota kecil di Provinsi Buenos Aires. Ia adalah satu dari lima orang anak haram namun yang diakui dari seorang juru masak yang tak pernah menikah, Juana Ibarguren (1894-1971) dan pemilik ranch Juan Duarte (1872-1926). Waktu kecil, Eva Perón dibesarkan di Junín tak jauh dari Los Toldos.
Pindah ke Buenos Aires
Pada usia 15, Eva Duarte pergi ke Buenos Aires. Muncul kontroversi bagaimana ia pergi ke sana. Versi populer mengatakan ia dibawa ke kota besar itu oleh Agustín Magaldi (inilah versi yang muncul dalam musikal Andrew Lloyd Webber, "Evita"), sementara yang lain mengatakan ia dibantu oleh ibunya.
Setiba di sana, Eva Duarte menghadapi kesulitan untuk bertahan tanpa pendidikan formal dan tanpa koneksi. Setelah bertahun-tahun berjuang, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan sebagai aktris radio dan film, dan main dalam melodrama murahan serta opera sabun Radio El Mundo. Akhirnya ia memiliki perusahaan radio itu dan dianggap sebagai aktris radio berbakat. Secara teratur ia muncul dalam program drama sejarah populer Perempuan Agung dalam Sejarah dan di situ ia memerankan Elizabeth I dari Britania, Sarah Bernhardt dan Tsarina Rusia terakhir. Film favorit pribadinya adalah epos 1938 Marie Antoinette, yang dibintangi Norma Shearer.
Hubungan dengan Juan Perón
Eva Duarte bertemu Kolonel Juan Perón pada acara amal pengumpulan dana untuk korban gempa bumi San Juan. Mereka menikah pada October 21 1945. Setelah menikah, semua film Eva dilarang di seluruh Argentina. Saat itu, orang Argentina tidak suka bila para politikus bergaul dengan para penghibur, apalagi mereka yang lahir di luar nikah dan bekerja di opera sabun.
Tak lama setelah menikah dengan Eva, Juan Perón ditangkap oleh lawan-lawannya di pemerintahan yang takut bahwa dengan dukungan kaum miskin (descamisados) dan kaum buruh, popularitas Perón dapat memudarkan popularitas presiden yang berkuasa.
Eva sering dipuji karena mengorganisasi pertemuan-pertemuan massa dengan ribuan orang hingga membebaskan Juan Perón dari penjara pada 17 Oktober 1945. Versi tentang peristiwa ini dipopulerkan dalam musikal Andrew Lloyd Webber, "Evita". Namun kebanyakan sejarahwan setuju bahwa hal ini tidak mungkin terjadi. Saat itu, Eva cuma aktris. Ia belum mempunyai pengaruh politik dengan berbagai serikat buruh yang mendukung Perón, dan ia tidak begitu disukai oleh lingkaran dekat Perón ataupun kebanyakan para pemilik perusahaan film dan radio. Ketika Juan Perón dipenjara, Eva Perón tiba-tiba kehilangan dukungan dari kebanyakan orang. (Surat-surat mereka saat Juan dipenjara menunjukkan bahwa keduanya sesungguhnya mempertimbangkan untuk meninggalkan Argentina setelah Juan dibebaskan, bila memang ia akan bebas. Keduanya takut bahwa Juan Perón malah mungkin akan dibunuh ketika di penjara.)
Nyatanya, demonstrasi besar yang membebaskan Perón dari penjara diorganisasi oleh berbagai serikat buruh, seperti Konfederasi Umum Buruh, atau yang belakangan dikenal sebagai CGT. Hingga sekarang, tanggal 17 Oktober dianggap sebagai hari libur untuk Partai Keadilan di Argentina (dirayakan sebagai Día de la Lealtad, "Hari Kesetiaan")
Kampanye presiden Juan Perón
Eva Perón berkampanye hebat untuk suaminya dalam usahanya menjadi presiden tahun 1946. Dengan acara radio mingguannya, ia menyampaikan pidato-pidato hebat dengan retorika populis yang kuat dan menganjurkan kaum miskin untuk bersatu dengan gerakan Perón. Meskipun ia kini cukup kaya dari acara radio dan modelnya, ia menyoroti masa kecilnya yang miskin sebagai cara untuk memperlihatkan solidaritasnya dengan kaum miskin.
Eva mengunjungi setiap sudut negaranya, menjadi perempuan pertama dalam sejarah Argentina untuk muncul secara umum dalam cara kampanye dengan suaminya. Penampilan Eva bersama suaminya seringkali membuat marah kaum kaya, militer, dan mereka di lingkungan politik. Namun ia sangat populer di masyarakat, yang mengenalnya dari radio dan film, dan karenanya merupakan alat yang efektif untuk mendapatkan perhatian dari kaum miskin dan pemberi suara kelas pekerja Argentina. Pada masa hidupnya itulah untuk pertama kalinya ia menganjurkan rakyat Argentina untuk memanggilnya bukan sebagai "Eva Perón" namun sekadar "Evita", yaitu bentuk diminutif (kesayangan) dalam bahasa Spanyol ("Eva Kecil").
Juan Perón terpilih presiden, Evita aktif dalam politik
Setelah Juan Perón pertama kali terpilih menjadi presiden pada 1946, Evita mulai mengambil peranan politik yang menonjol dalam pemerintahan, dan akhirnya malah lebih populer daripada wakil presiden dalam segala bidang, kecuali urusan militer. Sering dikatakan bahwa ia menjadi lebih berkuasa daripada suaminya, tapi ini terlalu berlebihan. Hanya untuk sebentar saja, beberapa bulan terakhir hidupnya dan pada masa berkabung rakyat pada saat kematiannya, Evita menjadi lebih populer daripada suaminya.
Peranan utama Evita dalam pemerintahan Peronis adalah menciptakan pengkultusan pribadi terhadap suaminya, yang diagungkannya, hingga bahkan dibandingkan dengan Kristus. Evita mengatakan bahwa setiap Peronis harus siap mati untuk Perón. Inilah yang akhirnya merusak Perón dan merendahkan gerakan Peronis. Mengingat pujian Evita yang berlebihan untuk suaminya, sedikit saja kritik terhadap Juan Perón dengan mudah ditafsirkan sebagai tidak patriotik. Evita bahkan mengatakan secara tegas bahwa hanya kaum Peronislah orang Argentina sejati.
"Perón adalah hati, jiwa, darah, dan eralitas rakyat Argentina. Kita semua tahu bahwa hanya ada satu orang dalam gerakan kita yang memiliki sumber terangnya sendiri. Kita semua tergantung pada terang itu. Dan orang itu adalah Perón!" - pidato Eva Perón pada 1951.
Pada 1947, Evita mengadakan "Tur Pelangi" di Eropa yang banyak dipublikasikan. Ia bertemu dengan sejumlah kepala negara, termasuk Francisco Franco. Tujuannya adalah mengadakan kudeta hubungan masyarakat untuk rezim Perón yang setelah Perang Dunia II semakin dianggap fasis. Evita disambut di Spanyol; di sana ia mengunjungi makam monarkh absolutis Spanyol pertama, Ferdinand dan Isabella.
Spanyol di bawah Franco masih belum pulih dari Perang Saudara Spanyol; ekonomi otarkis dan embargo PBB berarti bahwa negara itu tidak dapat memberi makan kepada rakyatnya.
Dalam kunjungannya ke Spanyol itu, Evita membagikan uang kertas 100 peseta kepada setiap anak miskin yang dijumpainya dalam perjalanannya. Ia lalu bertemu dengan Paus di Roma, dah kemudian berkunjung ke Paris. Hanya di Spanyol Evita disambut dengan sangat positif. Di Prancis dan Italia, ia disambut dengan reaksi campuran.
Tur itu mulanya dirancang untuk mencakup kunjungan ke Inggris untuk mengunjungi keluarga kerajaan. Ketika diberitakan bahwa keluarga kerajaan tidak dapat menemui Evita pada waktu yang diingininya, dan bahwa kunjungan Evita tidak akan diperlakukan oleh keluarga kerajaan sama pentingnya dengan kunjungan resmi Ibu Negara Amerika Serikat, Eleanor Roosevelt, Evita membatalkannya, dengan alasan terlalu lelah.
Setelah kembali ke Argentina dari Eropa, penampilan Evita menjadi lebih sederhana. Ia tidak lagi muncul dengan gaya rambut ketika ia masih menjadi bintang film. Sejak itu, rambutnya disisir ke belakang dengan gelung. Pakaiannya pun menjadi lebih sederhana. Mungkin ia berusaha tampil sebagai tokoh politik yang lebih serius sehingga ia tampil di muka umum dengan mengenakan kombinasi pakaian bisnis yang sederhana.
Perubahan citra ini bertepatan dengan fokus pada karya amal, atau dalam istilah Evita, "bantuan sosial". Kemudian ia membentuk Yayasan Eva Perón, lembaga untuk membantu kaum miskin. Kegiatan ini sangat populer dan memberikan sumbangan yang berharga bagi masyarakat. Berbagai rumah sakit dan rumah yatim yang didirikan oleh Yayasan itu bertahan lama hingga jauh setelah kematian Evita yang terlalu dini. Yayasan itu pun meningkatkan kekuatan politiknya di Argentina dan tak lama kemudian ia membentuk cabang Partai Keadilan khusus untuk kaum perempuan. Pada 1949, Evita menjadi tokoh kedua paling berpengaruh di Argentina.
Akhirnya, Evita menjadi pusat tersendiri, kultus pribadi yang meluas. Foto dan namanya segera bermunculan di mana-mana, dengan stasiun kereta api, sebuah kota ("Ciudad Evita"), dan bahkan sebuah bintang di langit dinamai dengan namanya. Meskipun ia memiliki dominasi dan kekuatan politik, Evita selalu berhati-hati agar tidak menggerogoti peranan simbolik yang penting dari suaminya. Evita selalu berhati-hati dalam membenarkan tindakan-tindakannya dengan mengklaim bahwa semua itu "diilhami" atau "didorong" oleh kebijaksanaan dan semangat Perón. Meskipun ia sering dianggap berambisi, Navarro dan Fraser mengklaim (op. cit.) bahwa semua yang dilakukan Evita akhirnya ditempatkan di bawah tujuan-tujuan dan sasaran yang lebih besar, yaitu agenda politik suaminya.
Meskipun Evita disembah oleh pengikutnya para kelas pekerja, ia sangat dibenci oleh kelas menengah Argentina yang sangat besar jumlahnya dan juga oleh kaum elit kaya yang berorientasi ke Inggris. Mereka menghina latar belakangnya yang miskin dan rendahnya pendidikannya. Banyak yang merasa bahwa sebagai perempuan ia terlalu aktif dalam politik. Evita sendiri merujuk kepada mereka dengan cemooh sebagai "kaum Oligarkh". Ia pun dikenal sebagai pendendam. Ia sering memecat dari kalangan dekat Peronis siapapun yang menunjukkan sedikit saja tanda-tanda ketidaksetiaan secara penuh kepada mandat yang telah ditetapkan oleh Evita dan suaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda