Posting, Kamis 15 Juli 2010
Ribuan mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar, dulu Ujung Pandang, Jum'at 13 November 1998 siang memblokade Bandara Hasanuddin hingga menyebabkan beberapa jadwal penerbangan menjadi batal. Tindakan para mahasiswa tersebut sebagai reaksi atas perlakuan represif aparat militer terhadap demonstrasi mahasiswa di Jakarta yang menentang pelaksanaan Sidang Istimewa (SI) MPR.
Ribuan mahasiswa Unhas tersebut mengancam akan terus menduduki Bandara Hasanudin, hingga ada kepastian tentang hasl-hasil SI MPR yang dianggap telah memenuhi aspirasi rakyat, para mahasiswa menyampaikan beberapa butir pernyataan, yaitu mengecam sikap
represif aparat militer dalam menangani demonstrasi mahasiswa di Jakarta, menolak hasil SI oleh para anggota dewan yang dianggap merupakan produk Pemilu yang tidak sah dan tidak konstitusional, mengadili Soeharto dan konco-konconya, membentuk pemerintahan transisi yang legitimat, menolak pemaksaan azas tunggal Pancasila, menolak deklarasi kelompok Ciganjur yang dianggap terlalu berbau Jawa dan menyerukan persiapan dibentuknya negara Federasi Sulawesi Selatan..
Sementara itu, aparat keamanan hanya berjaga-jaga tanpa bisa mengambil tindakan apa-apa. Bahkan mereka telah melaksanakan ibadah jum'at di apron (tempat parkir pesawat) bandara bersama aparat kepolisian yang datang menemui mereka, beberapa kesatuan pengamanan yang terlihat adalah kamra, polisi kesatuan brimob, perintis, dan TNI-AU.
Sementara itu anggota FKP Dr Marwah Daud Ibrahim yang merupakan salah satu pendukung BJ Habibie, mengatakan bahwa apa yang dilakukan orang Ujung Pandang (sekarang Makassar) itu adalah tanda kecintaan mereka pada Presiden Habibie.
Gerakan Mahasiswa Makassar terus bergolak, hampir seluruh fasilitas strategis pemerintahan digoyang aksi demonstrasi dahsyat, Telkom Divre IV juga sempat diblokir akses-nya oleh mahasiswa, mereka mengikutkan ahli IT dalam aksinya, sekitar 4 jam tidak ada akses telepon dari dan keluar Sulawesi Selatan, aksi pendudukan lainnya juga terjadi di TVRI, RRI, DPRD Provinsi, Kantor Gubernur, bahkan di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar mahasiswa berhasil menyandera KM.Ciremai yang akan berlayar ke Jakarta, sebelum akhirnya dilepas setelah melalui negosiasi yang alot. Satu catatan penting bahwa dalam setiap aksinya, mahasiswa tidak pernah melakukan pengrusakan fasilitas publik, yang terjadi adalah bentrokan dengan aparat sebagai bagian dari konsekuensi gerakan yang militan.
Namun saat ini, sepertinya gerakan mahasiswa makassar kehilangan sentuhan, mahasiswa gagal mendapat simpati rakyat, justru mahasiswa tampil dengan berbagai tindakan anarkis yang merusak citra gerakan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda