Posting, Kamis 01 Juli 2010
Di dalam sejarah tanah air khususnya dan sejarah dunia umumnya ketiga ungkapan yang disebut dalam judul di atas sering muncul.Ambillah misalnya sebagai contoh I Manindori, yang oleh Belanda dalam Geschidenis der Nederlands Indie disebutkan bahwa Troenodjojo werdgesteund door de uitgedreven Macassarsche zee rovers, Trunojoyo dibantu oleh bajak laut Makassar yang terdesak keluar dari sarangnya. Nah siapakah itu yang dimaksud oleh Belanda dengan Macassarsche zee roversitu? Mereka itu adalah sisa-sisa Angkatan Laut Kerajaan Gowa yangdipimpin oleh I Manindori, yang pernah menjabat kedudukan struktural sebagai Kepala Daerah Galesong, sehingga bergelar Karaeng Galesong.Pada waktu terjadinya perang melawan Kompeni Belanda, Karaeng Galesongsudah menjabat Panglima Angkatan Laut Kerajaan Gowa. Karaeng Galesong tidak mau mengakui Perjanjian Perdamaian Bungaya, lalu atas seizin Sulthan Hasanuddin, meninggalkan Kerajaan Gowa dengan pengikutnya yang masih setia kepadanya, mencari daerah lain di mana saja untuk meneruskan perjuangan melawan Belanda. Di Madura Karaeng Galesongditerima oleh Troenojoyo bahkan diangkat menjadi menantunya. Jadi Karaeng Galesong menerapkan salah satu cappaq dari tiga cappaq senjataorang Bugis Makassar. Ketiga cappaq (ujung) itu yakni ujung lidah(diplomasi), ujung kemaluan (pernikahan) dan ujung badik (peperangan).
Dalam buku sejarah yang resmi sebagai pegangan dalam sekolah-sekolah Arung Palakka dijuluki pengkhianat karena minta bantuan Belanda untuk memerangi Sultan Hasanuddin.
Dari cuplikan sejarah yang di atas itu kelihatan bagaimana rancunya hasil penilaian sejarah itu. Itu disebabkan karena dalam menilai itu perlu standar. Dan standar itu tergantung dari kriteria yang dibuatoleh penilai. Dan biasanya penilai ini sangat tergantung dari kondisiyang situasional. Dan inilah yang biasa terjadi dalam sejarah.
Karaeng Galesong dinilai oleh Belanda dengan memakai standar yangsubyektif situasional. Karaeng Galesong tidak tunduk pada Perjanjian Bungaya. Jadi kesatuannya bukanlah kesatuan yang sah sebagai angkatanlaut suatu kerajaan. Jadi ia dan pasukannya adalah bajak-bajak laut.Sekarang buku sejarah yang dipakai di sekolah-sekolah bukan lagi Geschidenis der Nederlands Indie,
melainkah Sejarah Nasional. Jadi standarnya tentu sudah berubah,kriteria yang dipakai dalam penilaian sudah berubah. Karaeng Galesong adalah seorang pejuang, seorang pahlawan.
Baik Sultan Hasanuddin maupun Karaeng Galesong, keduanya mujur dalam sejarah. Mengapa? Karena kita dijajah Belanda. Jadi standar penilaian yang memakai kriteria Latoa maupun kriteria Lamuda tidak ada perbedaan.Baik dahulu maupun sekarang keduanya adalah pejuang melawan penjajah Belanda. Namun Arung Palakka bernasib tidak mujur dalam sejarah, karena standar penilaian yang Latoa tidak sama dengan standar penilaian yang Lamuda. Menurut Latoa belum dikenal apa yang disebut dengan nasionalisme Indonesia, karena paham nasionalisme itu baru ada dalam buku Lamuda. Nah para ahli sejarah kita, atau menurut julukan yang diberikan oleh A.Muis para tukang dongeng, tidak berlaku adil terhadap Arung Palakka. Apa itu yang disebut adil? Menempatkan sesuatupada tempatnya. Maka peristiwa di zamannya Arung Palakka haruslah pula ditempatkan standar itu menurut kriteria Latoa. Kalau standar penilaian Arung Palakka memakai kriteria Lamuda itu namanya tidak menempatkan standar itu pada tempatnya, dan itu artinya tidak adil. Artinya Arung Palakka harus dinilai menurut Latoa, yaitu belum ada paham nasionalisme. Kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah kerajaan yangmerdeka dan berdaulat masing-masing. Maka Arung Palakka adalah pahlawan Kerajaan Bone.
Lalu apakah Arung Palakka juga seorang pahlawan kemanusiaan? Tunggu dahulu, ini perlu pembahasan, oleh karena kemanusiaan itu tidak mengenal perbedaan antara standar yang Latoa ataupun yang Lamuda. Standar penilain yang dipakai untuk kemanusiaan perlu standar yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Yaitu standar yang berlandaskan nilai mutlak.
La Maddaremmeng, Raja Bone ke-13, menerapkan Syari’at Islam dengan murni dan konsekwen. La Maddaremmeng memakai prinsip Rabbuna Llah, Maha Pengaturku adalah Allah, memakai aturan menurut Allah dalam kerajannya.Sebenarnya La Maddaremmeng ini perlu diangkat dalam sejarah, bahwa iamendahului gerakan Paderi di Minangkabaw. La Maddaremmeng adalah Pahlawan Islam. Ia memberantas adat kebiasaan yang bertentangan dengan Syari’at Islam seperti berjudi, menyabung ayam, minum tuak. Yaitu sejalan yang dikemukakan oleh Taunta Salamaka kepada KaraengPattingalloang. Kalau Tauanta Salamaka terpaksa meninggalkan Kerajaan Gowa, maka Lamaddaremmeng bentrok dengan Kerajaan Gowa yang masih memelihara tradisi yang bertentangan dengan Syari’at Islam itu. Bonekalah perang, sejumlah rakyatnya ditawan, dikerahkan ke Gowa untuk kerja paksa, artinya diusir dari tanah airnya dan dizalimi. Arung Palakka berperang untuk memberantas kezaliman ini. Sampai sejauh ini Arung Palakka masih memenuhi kriteria pahlawan kemanusiaan itu menurut standar Al Quran:
berperang melawan perlakuan terhadap rakyatnya yang zhulimuw, dizalimi,ukhrijuw min diyarihim, diusir dari tanah airnya untuk kerja paksa.
Nabi bersabda: Qulilhaqqa walau kana murran, katakanlah kebenaran itu walaupun pahit. Arung Palakka memerangi Pariaman, daerah asal MaraRusli, pengarang roman Sitti Nurbaya dan roman sejarah La Hami. Bukti sejarah bahwa Arung Palakka memerangi dan mengalahkan Pariaman adalah payung atribut kerajaan itu masih ada sekarang tersimpan di Bone. Mantan Kepala Kanwil Perhubungan Laut, Almarhum Drs Norman Razak pernah mengeluh, katanya: Wah, nenek moyang saya diambil payung kebesarannya dibawa ke Bone setelah Arung Palakka mengalahkan Pariaman.
Arung Palakka mempunyai hak kebebasan memilih mitranya dari kerajaan manapun. Namun dengan memerangi Pariaman sebagai persyaratan untuk mendapatkan bantuan dari bakal mitranya, yaitu Belanda, bagi sebagian orang ia bertindak menzalimi sesama manusia, yang dalam hal ini rakyat Pariaman. Disinilah cacat Arung Palakka untuk suatu gelar pahlawan kemanusiaan. Wallahu a’lamu bishshawab.
Nah, inilah beberapa perdebatan yang saya coba rangkum sebagai bentuk dialektika zaman tentang sosok fenomenal Arung palakka, dari tulisan diatas dari sumber tanahbone.wordpress.com, sebagai berikut :
#
Arung Pallakka bukan seorang penghianat bangsa tetapi seorang pahlawan besar bagi rakyatnya (masyarakat Bugis Bone).
#
Sungguh menarik artikel ini,
Dalam sejarah (dari buku2 sejarah sekolah di indonesia) juga dikatakan bahwa negeri kita ini “Indonesia” dijajah oleh Belanda lebih 300 tahun.
Menurut saya penghianatan seseorang, karena telah bersekongkol dengan penjajah untuk memerangi kerajaan gowa yang masuk dalam wilayah nusantara.
Betul bahwa dia adalah pahlawan bagi rakyat bone,
namun menjadi kelaziman di negeri ini (Standar Nasional Indonesia) bahwa barang siapa bekerja sama dengan penjajah “belanda” maka dia adalah penghianat (masa indonesia belum merdeka).
Nah sekarang mari kita tempatkan arung palakka?
di nusantara dia sebagai apa?
salam
#
ketika arung palakka berkuasa, kekuasaannya hanyalah kekuasaan boneka belanda jadi tidak tepat dikatakan kaisar. hanya raja boneka.
Selanjutnya kita lihat sendiri bagaimana bone dijajah belanda dan akhirnya bahu membahu juga dengan gowa melawannya.
Tidak ada yang pernah berhasil menyaingi keperkasaaan Gowa di Timur Indonesia. Untuk meruntuhkannya, Belanda sekalipun mesti bersusah payah dan beramai ramai (bersama bone, ambon, buton dan beberapa kerajaan makassar kecil) untuk menaklukkannya.
Prinsip kawin mawin dengan anggota kerajaan besar lainnya sudah sejak Gowa dilakukan jadi Arung Palakka hanya menyambung saja.
Setiap bangsa pastilah punya sejarah menaklukkan dan ditaklukkan. bonpun dianggap sebagai penjajah bagi orang-orang toraja atau kerajaan lain di sekitarnya.
Sayapun mengakui bahwa Arung Palakka adalah seorang pahlawan, terutama bagi idealisme yang diperjuangkannya. tapi bagi pendukungnya, janganlah kecintaan kepada beliau jadi rusak oleh karena buta mata dan hati. Sekarang kita bernegara Indonesia. kita juga butuh mitos2 untuk bangsa ini tetap berdiri dan salah satunya seperi yang anda tulis menempatkan pahlawan-pahlawan tokoh bangsa yang melawan “belanda” sebagai pahlawan nasional. Jadi arung palakka sulit diangkat sebagi pahlawan nasional, alasannya telah jelas.
Sekarang, maukah anda memaksakannya ? demi bone atau indonesia ?
#
saya salut, ternyata masih ada generasi arung palakka yang masih menjunjung jasa pahlawannya
#
Arung Pallakka adalah salah satu motivator ulung yang pernah lahir dari pulau celebes, Beliau bagian sejarah dari celebes dan bukan bagian sejarah dari INDONESIA,
jadi nda benarlah kalo Arung Palakka di katakan sebagai penghianat bangsa Indonesia, Kenapa saya katakan seperti itu..?
Karena Negara Indonesia lahir tahun 1945, sedangkan persitiwa ArungPalakka terjadi jauh sebelum nama INDONESIA ada, yakni sekitar tahun 1600-an,
jadi Arung Palakka adalah pahlawan orang BUGIS, bukan Pahlawan Indonesia, jadi nda pantas lah jika kita menuntuk arung palakka jadi pahlawan nasional, tapi kita patut menuntut pada PEMDA BONE bahwa arung palakka adalah pahlawan kita…
Salam
AdLy
#
Situasi politik di Sulawesi Selatan cukup berbeza dengan di Jawa ketika ini. Walaupun kebanyakkan negeri-negeri Bugis dibawah pengaruh Belanda, tetapi negeri secara praktiknya merdeka. Urusan-urusan dalaman negeri-negeri ini tidak mendapat campur tangan Belanda.
Apabila British menduduki Makassar pada tahun 1810, kebanyakkan pemerintah Bugis enggan mengiktiraf penguasaan British dan ingin merdeka. Pergeseran antara British dan Bugis bertambah teruk apabila pemerintah Bone enggan menyerahkan pedang Sudanga, alat kebesaran Goa yang jatuh ketangannya pada tahun 1785. Maka residen British di Makassar menghantar kapten Phillips untuk suatu ekspidisi ketenteraan melawan Suppa’ tapi berjaya dipatahkan oleh tentera Bone. Malahan Bone turut menguasai Utara Sulawesi Selatan sekitar Maros dan sebahagian Bulukumba. Walaupunbegitu, Goa, Soppeng dan Sidenreng berpihak kepada British dalam kebangkitan ini.
Apabila Belanda kembali semula ke Makassar pada 1817, Bone enggan menerima kedudukan Belanda dan memilih untuk merdeka. Pada masa yang sama Gavernor-Jeneral, van der Capellen, datang ke Makassar untuk meminta pemerintah Sulawesi Selatan menandatangani sebuah deklarasi penyekutuan mereka dengan Belanda. Bone, Ternate dan Suppa’ enggan berbuat demikian. Ini mencetus peperangan dengan Belanda. Keganasan di Bone berakhir pada tahun 1838 apabila Belanda berjaya menggantikan raja Bone dengan individu yang sekapala dengan tujuan Belanda. Akan tetapi, perang tercetus kembali pada tahun 1857 apabila pengganti beliau , Besse Kajuara, enggan bersekutu dengan Belanda. Ini menyebabkan Bone diletakkan dibawah koloni Belanda daripada sekutu Belanda. Pada tahun berikutnya, Goa menerima nasib yang sama dan menyebabkan konfrontasi yang dipimpin oleh golongan bangsawan.
Kesan kebangkitan paling teruk dirasai di Wajo’ dan ini menyebabkan ramai orang Wajo’ bermigrasi keluar. Pada masa yang sama, pemerintah Wajo’ berbalah sesama sendiri mengenai pewaris bagi Sidenreng dimana La Pang’uriseng berjaya memenangi tampuk pemerintahan Sidenreng. Di bawah pemerintahan beliau, Wajo’ mengembangkan kuasanya didalam konfederasi Aja’tappareng dan menguasai kawasan-kawasan yang dibawah kuasa Belanda sekligus mencetuskan penentangan terhadap Belanda. Pare-Pare, sebuah pelabuhan di Wajo’ ketika itu mula membangun setelah penyekatan kuasa Bone oleh Belanda dan pada masa yang sama, ianya menjadi pusat perdagangan hamba apabila ianya diharamkan di Makassar.
Pada tahun 1905, pemerintah Bone, La Pawawoi, buang negeri ke Bandung diatas alasan mencampur tangan urusan negeri-negeri Bugis lain. Pemerintah Goa pula didakwa melakukan keganasan terhadap Belanda (ketika itu Belanda sedang menceroboh Sulawesi Selatan.) Beliau kemudiannya dibunuh ketika cuba untuk melarikan diri dari Belanda.
[sunting] Pengkolonian Belanda
Belanda kemudiannya mengabungkankan seluruh Sulawesi Selatan menjadi sebuah koloni yang stabil. Kesan pengkolonian ini membawa kepada pengenalan cukai di Sulawesi Selatan, buruh paksa dan pendaftaran untuk pengenalan diri. Sistem buruh paksa (digunakan untuk pembinaan jalan) adalah suatu unsur baru dalam kebudayaan Bugis dan menyumbang kepada migrasi Bugis terutamanya golongan bangsawan ke Tanah Melayu dari tahun 1910 hingga 1930.
Ssitem cukai yang diperkenalkan Belanda meliputi cukai tanah dan cukai kepala (untuk lelaki dewasa kecuali golongan bangsawan.) Orang kampung yang kebanyakkannya miskin sering menghadapi kesusahan membayar cukai. Selepas pembayaran cukai, mereka akan menerima surat kampung yang merupakan resit, pengenalan diri dan sijil penetapan. Ini sekaligus menyebabkan tradisi nomad Bugis diharamkan dan penetapan tetap dikuatkuasakan.
Sistem kehakiman baru pula diperkenalkan dengan kehakiman barat diserapkan dalam sistem kehakiman tempatan. Disetiap daerah, sebuah mahkamah dibina dan hakim merupakan orang tempatan mempunyai ilmu tentang kehakiman tempatan dan pada masa yang sama diawasi oleh seorang pegawai Belanda.
Dalam hal ehwal masyarkat, Belanda terpaksa menghadapi tentangan yang bergerak secara senyap dikepalai oleh golongan bangsawan. Sebelum pencerobohan Jepun, tidak banyak gerakan ini berjaya disekat Belanda. Paling membimbangkan Belanda ialah kebangkitan nasionalis di Jawa dan cawangannya di Sulawesi Selatan. Parti Sarikat Islam atau Partai Sarikat Islam,PSI, yang berpusat di Jawa pada tahun 1918 membuka cawangannya di Makassar. Parti ini kemudiannya ditukar nama menjadi Parti Sarikat Islam Indonesia,PSII dan menjadi sebuah pergerakkan nasionalis paling aktif di Indonesia. Cawangan bagi Parti Nasional Indonesia atau Partai Nasional Indonesia yang lebih sekular diasaskan oleh Sukarno turut membuka cawangan di Makassar. Gerakan lain yang lebih bersifat sederhana ialah Persatuan Selebes Selatan dan Muhammadiyah.
[sunting] Pendudukan Jepun (1942-1945) Dan Asas Pembentukan Indonesia (1945-1950)
Tempo pendudukan Jepun merupakan suatu titik hitam dalam sejarah Sulawesi Selatan. Walaupun tidak banyak perubahan dalam sistem pemerintahan, tetapi pendudukan telah mencetuskan suatu perubahan dalam minda Indonesia dan Asia umumnya. Orang Eropah yang dilihat berkuasa pada mulanya senang disingkirkan oleh orang Asia dan kesannya menyebabkan penentangan Belanda selepas kekalahan Jepun.
Kekalahan Jepun pada Ogos 1945 memberi peluang kepada Indonesia untuk merdeka. Sebaik sahaja pengumuman kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno dan Muhamamad Hatta, Dr Ratulangi dilantik menjadi gabenor di Sulawesi pada 19 Ogos. Pada bulan September, tentera bersekutu Belanda mendarat di Sulawesi akan tetapi tidak menerima tentangan seperti di Jawa. Ini kerana kekurangan teknik serangan gerila oleh penduduk Sulawesi. Kumpulan tentera bersekutu ini turut membawa pegawai Belanda bagi menggantikan Dr Ratulangi.
Kumpulan gerila kemudiannya ditubuhkan dibawah Dr Ratulangi. Serangan gerila ini kemudiannya berjaya dipatahkan Belanda dan pemimpin-pemimpinny a dipenjarakan di Jawa. Ini menyebabkan kumpula gerila di Sulawesi berpecah belah. Bagi golongan-golongan muda, mereka bersatu dengan gerakan gerila di Jawa. Antara mereka ialah Kahar Muzakkar dari Luwu’, Andi’ Mattalata dan Yusuf.
Pada 17 Ogos 1950, Republik Indonesia ditubuhkan selepas komuniti dunia mengiktiraf kemerdekaan Indonesia.
#
Aga kareba….. Sininna tau ugi E Arung Palakka adalah seorang Pahlawan, dan kita sebagai keturunan Bugis terutama orang Bone harus mengakui hal tersebut. Arung Palakka bukan penghianat Bangsa Indonesia dan juga bukan pahlawan Bangsa Indonesia tetapi Arung Palakka adalah Pahlawan Kerajaan BONE (BUGIS). Apabila meninjau pada saat itu Indonesia belum ada yang ada adalah Kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh nusantara ini. Arung Palakka adalah seorang Raja Besar Raja Kerajaan Bone yang terjajah dan tertindas yang berusaha untuk membebaskan kerajaannya yang terjajah. Jadi dia pantas untuk dikatakan sebagai PAHLAWAN KERAJAAN BONE (BUGIS), tidak perlu untuk diakui sebagai pahlawan nasional karena Arung Palakka memang bukan pahlawan Nasional atau Indonesia karena pada saat itu Arung Palakka bukan membela Republik Indonesia. ARUNG PALAKKA ADALAH PAHLAWAN BUGIS BONE BUKAN PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN BUKAN PENGHIANAT BAGI REPUBLIK INDONESIA itu sudah jelas dan bagi orang-orang yang menganggap Arung Palakka adalah penghianat Bangsa itu dikarenakan merasa bahwa Arung Palakka pada saat itu berhasil menalukkan daerahnya (kerajaannya) ataupun menjadi musuh daerahnya (kerajaannya) saat ini yang harus dipertanyakan apakah pahlawan-pahlawan yang saat ini diakui Bangsa Indonesia pantas untuk menyandang gelar tersebut???????? sebab belum tentu mereka pada masanya membela Republik Indonesia…… ok…… salam…. Andi Asdar
#
Arung Palakka adalah sebuah cita-cita luhur bagi putra daerah yang menjunjung tinggi siri dan pesse. Meski sebagian orang menyebutnya sebagai tokoh yang berpihak kepada kompeni, akan tetapi ada landasan yang mengakibatkan ia lahir dalam sebuah karakter seperti itu. Semua ini dilatar belakangi oleh semangat dan cintanya kepada rakyatnya khususnya masyarakat Bone dan Soppeng. Bahkan kepada beliau Petta Malampe Gemmena, saya berbesar hati dan bangga menjadi masyarakat bugis yang memiliki keterikatan dengannya.
Saya berharap akan ada sebuah film di Indonesia yang mengangkat kisah Arung palakka. Kiranya ada penelusuran mengenai kisah sesungguhnya bahwa Arung palakka adalah seorang pahlawan bagi masyarakat bugis.
#
Gejala nafas heroik, slogan, dan segala hal ikatan emosional yang menghantar hiruk pikuk sejumlah putra-putri bugis dalam fenomena Aru Palakka nampak-nya. Nampak nya suku bugis lebih suka disebut bangsa bugis.
Kata kawan saya orang bugis sekarang mengesani diri merdeka Tahun 1660 dengan adanya monumen Tokoh Sang Pembebas (Aru Palakka) dan setelah dijajah Kurang lebih 30 Tahun oleh suku Makassar.
Dengan sikap itu pula orang bugis sekarang mengesani diri tidak di jajah oleh Belanda (VOC) kenapa begitu…!?!?!? Lho buktinya mereka sudah merasa bebas koq, dan satu-satunya yg dianggap pahlawan cuma aru palakka yang lain dimata mereka hanya orang sedikit berjasa seperti Soekarno, Agus Salim, Andi Jemma, Andi Tonro dll.
Padahal kita khan sama mengetahui bahwa setelah Kerajaan Gowa Hancur maka dimulailah babak penjajahan Hindia Belanda di tanah Sulawesi, tetapi sebaliknya mereka dibebaskan.
Apakah orang bugis tidak sadar 30 tahun itu hanya masa lalu dengan segala kekeliruan yang dibuat orang gowa
Apakah orang bugis lupa bahwa setelah 30 tahun berikutnya telah memasuki era dijahah selama 350 tahun.
Mana yang lebih pahit ? atau kalian semua merasa lebih manis dijaman hindia belanda dan terlalu menyakitkan hanya dengan persoalan 30Tahun. Dan itupun cuma anda yang Alami, karena akar pertikain 30 Tahun dilaknati adalah perebutan politik para putra bangsawan dan bukan universal antara etnik. Jadi keliru sebutan sang pembebas!!!! bebas dari siapa dan setelah itu aman dari siapa, apa anda maksud bebas dari orang makassar dan telah aman dari belanda. Ingat bukan orang gowa yang jajah anda sebenarnya tetapi oknum orang gowa, dan ternyata yang anda sebut sebagai sang pembebas (Daeng Serang) itu sendiri oknum orang gowa juga khan. Orang bugis rupanya pendendam terselubung, payah !!!
Perjanjian Bungaya oleh VoC dengan Sultan Hasanuddin sebagai perjanjian damai. Mana ada perjanjian damai dengan belanda yang ada perjanjian penaklukan, tunduk !!!
Sudah sejauh apa sih kerusakan yang terjadi dengan 30 tahun dibanding setelah itu selama 350 tahun, atau jajangan emang anda tidak merasa dijajah ???? atau karena memang karena tidak dijajah sehing kehilangan nilai heroik makanya sulit menemukan tokoh atau figur lain yang dapat di usung sebagai pahlawan sehingga dominan hanya aru palakka, Ya kalo emang nggak ada pantes cuma aru palakka yang difigurkan
Kisah sekitar tahun 1660, Bone dan Gowa bertikai. Arung Palakka sebagai salah seorang pemimpin Bone tidak bisa menerima perlakuan para bangsawan Gowa yang menindas rakyatnya dijadikan monumental pembebasan. Padahal itu hanya kisah pendek 30 Tahun. Lebih Pahit bos setelah itu dan selama 350 Tahun dijajah Hindia Belanda. (kecuali kalo anda merasa tidak dijajah)
Syukur lah karena Allah masih sayang kita dan mengutus putra-putra terbaik bangsa sebagai pembebas sejati seperti Soekarno, Hatta. Andi Bau Massepe, dll.
Haiii !!! bangunlah putra-putra sang legendaris Lagaligo, tempatkanlah sesuatu secara proporsional dan tidak emosional. Lebih baik rasulullah yang anda figurkan dan pasang patungnya jika emang nggak ada figur lain, sebab dialah sang pembebas sejati !!! Knapa ? apa anda takut disebut bid”ah tapi apa dengan patung aru pallakka tidak bid’ah ?
#
Hai orang bugis ! jadilah orang bagus, jangan ikuti yang keliru suka pasang patung pahlawan mereka. Karena kalo perilaku itu disukai Allah maka sudah pasti ada gambar atau patung Muhammad SAW, tapi karena itu tidak disukai maka diraibkan segala hal yang sifatnya lahirian blio. Apatah lagi si Daeng Serang tentu Allah nggak lebih sukakan karena dari situlah akarnya kemusrikan.
Hidup orang bugis sang bagus !!! semoga Allah selalu memberi karunia kebagusan putra-putri sang pewaris legenda I Lagaligo. Aku bangga jadi orang bugis yang obyektif ! Aku bangga melihat kecerdasan-keberanian, Jendral M. Yusuf, Yusuf Kalla, Syeh Yusuf, Yusuf Manggabarani, Andi Alfian Mallarangeng, Andi Rizal Mallarangeng, mereka semua ok lho!
#
saudara-saudari sekalian,
SEJARAH DAN MITOS ADALAH DUA HAL YANG BERBEDA. ADAKALANYA SEJARAH IMBUH MITOS SEHINGGA MENJADI CERITA RAKYAT. SEJARAH KADANG-KADANG TIDAK LEPAS DARI SIKAP SUBJEKTIF PENULISNYA, KALAU BUKAN MENDOMINASI. AKAN LEBIH BAGUS MENGKRITISI SEJARAH DENGAN CARA BERDIRI DI TENGAH-TENGAH, MELEPASKAN ATRIBUT SUKU & AGAMA DAN AFILIASI POLITIK PELAKUNYA SEHINGGA KITA MENEMUKAN UTUH SEJARAH.
#
saudara2 sekalian,
saya salut kepada penulis tanahbone, diantara komentar yang ada saya respect dengan pendapat saudara chenk benk, bahwa berbicara tentang sejarah, maka seharusnya berdiri di tengah2. sehingga tidak menimbulkan bias dan akhirnya menjadi mitos dan bukan lagi sejarah.
Kasihan generasi selanjutnya, generasi Bangsa Indonesia jika suatu saat meyakini sebuah mitos menjadi sejarah.
Dan perlu diperhatikan bahwa pemberian gelar pahlawan tentunya berdasarkan sudut pandang kenegaraan, oleh karena itu sepatutnyalah kita menghormati para pahlawan kita.
sebagai ilustrasi si Westerling merupakan salah satu pahlawan bagi belanda yang telah menjadikan belanda seperti sekarang ini. Namun bagaimana dengan rakyat Sulsel?
salam,
#
Kelihatannya sejarah tidak mengklaim penghianat untuk Negara Kesat RI si Daeng Serang tsb alias aru di palakka thn 1667.(Maaf jangan sebut aru palakka karena aru palakka ada beberapa orang silih berganti
Kelihatannya sejarah tidak mengklaim penghianat untuk Negara Kesat RI si Daeng Serang tsb, Akan tetapi beliau memang bekerja sama dengan Spellman (belanda), dan kapitan joker dalam memerangi Negara Mataram, Negara Padang dan negara Parahyangan diwaktu lampau.
Dinegara Gowa emang Daeng Serang punya alasan dan strategi tepat untuk menjalin hubungan dengan Belanda untuk memerdekakan diri, Tetapi tdak dengan Negara Mataram, parahyangan, dan juga padang.
Ingat Sejarah tidak menyebut daeng serang atau aru palakka (1667)sebagai penghinat RI. Tetapi sejarah hanya menyebutkan bahwa emang blio kerjasama demngan VOC memerangi Parahyangan, Mataram, BANTEN, PADANG dan Gowa.
Ga ada yg pernah nyebut blio penghianat bagi Negara RI. Tetapi kalo kerja sama emang iyakan ?!?!?.
Celakanya saja sekarang orang di bone (bukan maksud saya orang bugis)membuat patungnya gede banget, seolah-olah orang bone lebih awal merdeka dari RI. Seolah-olah dijajah belanda 300tahun tidak seberapa pahitnya dibanding dijajah Gowa yang hanya 30tahun saja.
Apakah setelah bone merdeka dari Gowa Via bantuan belanda negara bone sudah tidur nyenyak??? tidakkan ! lalu koq kenapa terlalu membesar-besarkan sesuatu yang dapat menjadi pemicu gesekan????
Orang bone kan banyak pahlawan lainnya sperti Arung Labuaja, Latemmasongeng, Arupalakka ke sekekian setelah arupalaka si deang serang.
Jangan memaksakan sesuatu yang mengesani diri kaum yg exlusive.
Sudahlah perihal Daeng serang yg penting ngak disebut penghianat Negara RI, dan bliokan cuma disebt kerja sama dgn VOC untuk taklukkan Mataram, Banten, Gowa dan padang. Sekarng yang penting mana loyalitasmu untuk Republik ini. Oke
#
mw jg ye, kacian minta bantuan sana-sini sampe orang kafir belanda pun yang menjajah orang pribumi n mw dikatakan pemberani, bekerja sama. trus gimana yeah, SULTHAN HASANUDDIN (SANG PAHLAWAN, KESATRIA, PENYEBAR AGAMA ISLAM, YANG MEMPERSATUKAN KERAJAAN2 KECIL UNTUK MELAWAN BELANDA) dia to bah digelari oleh musuh sendiri (belanda) alias sodara si palakka yang pemberontak n pengkhianant itu/khawarij “AYAM JANTAN DARI TIMUR”, gimana lagi kalu yang muji bukan musuh, sama seperti RASULULLAH shallalahu ‘alaihi wa sallam dikatakan AL AMIN oleh musrik kuraisy.
n butuh dingat wahai saudaraq dalam aqidah islam yang shahih dari generasi terbaik islam yang masih murni dari kalangan sahabat dan tabi’in, mereka berprinsip/ berkeyakinan tidak bolehnya memberontak pada penguasa meskipun penguasanya dzalim,kalu mw dalilnya hub aq.
sebenarnya masih banyak yg mau aq tulis tapi malas membahas perkara yang sudah jelas
#
perkaranya sudah jelas kamu yang salah, kira2 gimana perasan mu apabila saudara2 mu di paksa meninggalkan rumah nya dan d paksa bkerja & d siksa…jd patut lah masyarakat Bone skarang ni membikin Patung Daeng Serang yg besar dg maksud untuk menghormati beliau…
#
“Tabaraka wa Ta’ala “wala takun lilkhaainina hasimaa”, artinya “janganlah engkau menjadi pembela bagi orang yang berkhianat”
LUAR BIASA …. (….memprihatinkan!!!)
Anda memakai dalil yang sangat lemah (dalam konteks ini).
Jika kita mengais fakta sejarah ke belakang, penjajahan KERAJAAN GOWA atas KERAJAAN BONE yang telah berdaulat saat itu sesungguhnya dimulai ketika Kerajaan Bone, melalui MangkauE La Maddaremmeng-Raja Bone ke 13 hendak menegakkan panji-panji syariat Islam melalui prinsip (Rabbunallah-MahaPengaturku adalah Allah), maka sifat pengecut (salah satu ciri orang-orang munafik) beberapa bangsawan mengadu ke Kerajaan Gowa, termasuk ibu kandung Mangkau La Maddaremmeng sendiri agar memerangi PENEGAKAN SYARIAT ISLAM di KERAJAAN BONE. Akhirnya, tentara I-Manga’rangi Daeng Manra’bia Sultan ‘Ala ud-din menyerang kerajaan Bone. Beberapa bangsawan, termasuk pasukan elit kerajaan di bawah pimpinan Anreguru Ana’karung, tewas dalam peperangan. BONE TAKLUK DALAM PENEGAKAN SYARIAH DARI KERAJAAN GOWA, dan dimulailah babak baru, babak duka penjajahan Kerajaan Gowa atas BONE.
Pada masa ini, banyak diantara bangsawan Bone yang disiksa dan dinjak-injak martabatnya dipekerjakapaksakan membangun benteng Somba Opu. Benteng ini sendiri awalnya dibangun atas dasar pertimbangan ekonomi, untuk mengahadapi persaingan dagang dengan Portugis, Spayol, Arab, Perancis, Belanda, dll, BUKAN ATAS DASAR PENJAJAHAN (perlawanan) Belanda. Waktu itu, Belanda masih merupakan rekan Bisnis kerajaan Gowa. Karena latar belakang ekonomi ini juga lah akhirnya Kerajaan Gowa mulai doyan perang.
Inilah yang mengawali perlawanan Bone (ANDA BOLEH MENYEBUTNYA PENGKHIANATAN, TAPI ORANG PINTAR (SAYA SANGAT YAKIN) AKAN MENYEBUTNYA SEBAGAI PERLAWANAN ATAS PENJAJAHAN.
(JELAS, PRINSIP PARA SAHABAT, TIBI’IN dan TABIUT-TABI’IN YANG ANDA DALILKAN TIDAK PARALEL DENGAN KONTEKS INI). “Prinsip tidak bolehnya memberontak pada penguasa meskipun penguasanya dzalim” yang anda dalilkan untuk mempertegas pendapat Saudara sungguh sebuah kecerobohan, kalau bukan kebodohan luar biasa. Itu hanya ilusi Saudara. Saya tidak perlu mencari dalil (membuat hadis seakan-akan datang dari Rasulullah atau mungkin mengutip firman Allah dari al-Quran) untuk sekadar melegitimasi pendapat saya.
Penjajahan ini lah yang diwarisi oleh Sultan Hasanuddin, dan keterjajahan ini pula lah yang diwarising oleh Arung Palakka beserta bangsawan-bangsawan Bone lainnya (ada juga orang Bone yang turut menjajah saudaranya, mereka lah yang mungkin tepat untuk dikatakan sebagai pengklhianat.
Islam bukan agama ilusi dan khayal, juga bukan agama yang terbatas mengajak individu saja mencapai kesempurnaan, tapi Islam adalah agama kodrat (fitrah), yang dengan itu seluruh umat manusia, dalam arti individu dan masyarakat, dikodratkan.
Islam adalah agama yang didasarkan pada kebenaran, kebebasan dan tata-tertib. Dan oleh karena perang adalah kodrat manusia juga, maka membersihkan atau mengoreksi pikiran tentang perang dalam jiwa kita lalu menempatkannya ke dalam batas-batas
kemampuan manusia yang maksimal, adalah cara yang mungkin dapat dicapai oleh kodrat manusia itu, dan yang akan melahirkan kelangsungan evolusi hidup umat manusia dalam mencapai kebaikan dan kesempurnaannya. Koreksi atas konsepsi perang ini yang paling baik ialah hendaknya jangan sampai terjadi perang kecuali untuk membela diri, membela keyakinan dan kebebasan berpikir serta berusaha kearah itu. Hendaknya rasa harga diri umat manusia secara integral benar-benar dipelihara. (Muhammad Husain Haekal, Biografi Muhammad SAW).
SEMOGA TERCERRAHKAN.
#
Siapa yang tak mengenal Sutomo atau yang lebih akrab dipanggil Bung Tomo? Seorang jurnalis yang pidato-pidatonya maupun siaran radionya menyemangati tentara-tentara memalui kalimat-kalimat pembuka, “Allahu Akbar,allahu Akbar, Allahu Akbar, serang Belanda, hancurkan NICA dan sekutunya………” telah mengobarkan semangat juang sejak awal hingga akhir pertempuran pada tanggal 10 Nopember 1945 yang diperingati tiap tahun sebagai hari Pahlawan. Masa Orde Lama, beliau disingkirkan oleh Soekarno, sedangkan pada masa Orde Baru yang semula dikawanya diasingkan oleh Soeharto hanya karena kritikannya pada kebijakan Orde Baru. Setelah meninggal pada tahun 1981 di Makkah, pemerintah Orba menangguhkan pemberian gelar pahlawan. Hingga saat ini, faktanya beliau belum menerima anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional atau Pahlawan Kemerdekaan. Namun peranannya dalam menyemangati perjuangan tentara rakyat Indonesia melawan Belanda yang diboncengi NICA di Surabaya tidak bisa menutup mata rakyat Indonesia, rakyat Indonesia tetap menganggap beliau sebagai seorang pahlawan.
Tulisan ini dimaksudkan tidak lain untuk mengoreksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang bersifat doktrinal. Jika kita barangkat pada peringatan-peringatan nasional, bisa jadi nation-state baru ada pada tahun 1928 melalui sumpah pemuda atau pada tahun 1908 yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, serta jika acuannya adalah PERSERIKATAN seperti pada Budia Utomo maka kebangkitan nasional sudah ada sejak berdirinya Syarikat Islam pada tahun 1905. Dengan kata lain Indonesia sudah ada pada tahun 1905 melalui Syarikat Islam, atau pada tahun 1908 melalui Budi Utomo atau pada tahun 1928 saat pemuda-pemuda nusantara berkumpul mengikrarkan Sumpah Pemuda. Istilah “nusantara” dipakai oleh Dr Setia Budi (Ernest Francois Eugene Douwes Dekker) diambil dari kitab kuno pararaton untuk menujuk bekas wilayah kerajaan Majapahit, Indonesai sekarang. Sedangkan kata Indonesia diperkenalkan oleh James Richardson Logan, pada JIAEA Volume IV, halaman 252-347 pada artikel berjudul The Ethnology of the Indian Archipelago untuk menggantikan istilah Indian Archipelago. Dengan demikian, maka bangsa Indonesia sudah berdiri sejak 28 Oktober 1928 dan diproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Atas dasar ini, boleh jadi dibalik pemberian anugerah pahlawan pada masa lalu hanya lah berdasarkan “rasa suka” dan “rasa tidak suka” tanpa melakukan penelitian; atau hanya berdasarkan kepentingan persatuan negara pada masa awal kemerdekaan; atau parahnya memberikan gelar pahlawan nasional bagi raja-raja/bangsawan-bangsawan lokal masa lalu, yang belum mengenal nation-state, untuk membungkam pemberontakan-pemerontakan di daerah demi keutuhan negara.
Berangkat dari ketiga paragraph di atas, saya ingin mengatakan bahwa (meminjam istilah Chenk Benk) GELAR PAHLAWAN HANYALAH PEMBERIAN DAN PARALEL DENGAN ISTILAH PENGAKUAN YANG SEWAKTU-WAKTU BISA DIELIMINIR, DIKOREKSI.
#
Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam misi perjuang Arung Palakka dalam kondisi dewasa, dan sekaligus menjadi motivator untuk senantiasa menanamkan semangat juang bari seluruh anak bugis yang leluhurnya dari tanah bone yaitu:
1. keadilan, konteks kekinian adalah bagaimana membangun keadilan sebagaiman Arung Palakka merasi diperlakukan tidak adil oleh kerajaan atasan.
2. Kemerdekaan, bahwa setiap manusia lahir dengan fitranya sebagai mahluk yang merdeka, Oleh karena itu kita sebagai anak bangsa, perlu memerdekakan diri kita dari ekonomi, budaya teknologi Yang telah menjajah kita dewasa ini. Dan arung palakka perlu dicontoh bagaimana kegigihannya memerdekakan diri, keluarga dan seluruh rakyat bone daru salah satu model penjajahan yaitu penjajahan fisik.
3. keteguhan akan pesse, siri dan were, dalam diri Arung palkka perlu dicontoh oleh yang mengaku semiliki leluhur Bugis Bone,, dengan Mengartikan bahwa Pesse itu merupakan simbol yang harus terbangun dalam diri setiap putra bugis kalau ada tatangan yang harus dihadapi dalam rangka mencapai cita-cita untuk kemaslahatan ummat. Demikian halnya dengan Siri merupakan harga diri, diarahkan agar setiap putra bone untuk merasa malu kalau cita-citanya tidak berhasil tentunya yang bersifat positif. Oleh karena itu, bahwa setiap putra bone harus merasa malu kalau cita-cita (positif, seperti studi, mensejahterakan diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya) gagal. dan seterusnya.
Bustang
#
saya setuju bahwa Aru Palakka adalah pahlawan bagi orang bugis dan I Mallombassi adalah pahlawan orang mangkasara bukan indonesia sekalai lagi indonesia belum ada saat itu, kalaupun hasanuddin, diponegoro, imam bonjol dimasukkan sebagai pahlawan nasional menurut saya itu keliru karena nasional lahir pada tahun 1928 dengan dekrit sumpeh pemude. kenapa ngga sekalian aja Hayam Wuruk menjadi pahlawan nasional karena berhasil mempersatukan nusantara, dan Ra Tanca, Ra Kuti sebagai penghianat bangsa karena memberontak ke majapahit. Aru palakka juga memberontak terhadap kerajaan Gowa bukan terhadap indonesia.
#
Sejarah selalu di tulis oleh pemenang… seandainya kita tetap di jajah belanda…. Mungkin Aru Palakka adalah pahlawan Hindia Belanda
dan yg lain2 adalah penghianat…
#
aru palakka hanya seorang pemimpin yang menginginkan kedamaian pada rakyatnya. sayang si licik voc yang ingin mengambil keuntungan melihat ini sebagai peluang untuk menguasai daerah makassar dan sekitarnya, voc sebelumnya mengalami hambatan dari penguasa makassar yang bernama sultan hasanuddin. akhirnya voc dengan licik mengadu domba aru palakka dengan sultan hasanuddin. voc mengatakan pada aru palakka bahwa sultan hasanuddin-lah yang bertanggung jawab penuh atas kesengsaraan yang menimpa rakyatnya, dan menyatakan pada aru palakka bahwa hanya dengan menyingkirkan sultan hasanuddin rakyatnya akan mendapatkan kedamaian. sebenarnya diantara mereka(aru palakka & sultan hasanuddin) tidak ada yang pantas disebut pengkhianat atau penjahat karena penjahat yang sebenarnya adalah voc.
Saya ingin menanggapi masalah di jajah 30 tahun (mungkin bisa kita ralat di sini karena kurun waktu Penaklukan Gowa atas Bone selama setengah abad yaitu dari 1611 hingga 1667) dibanding dengan 350 tahun…. Saya tidak melihat adanya pertalian sebab akibat bahwa setelah merdeka dari Gowa setelah di Jajah 50 tahun, hasilnya kita dijajah 350 tahun yang mingkin sama kejamnya.. itulah politik Pecah belah Belanda… dan Arua Palakka tentu tidak berfikir hingga sejauh itu.. karena dasar utama perjuangannya hanyalah Pembebasan dari Jajahan Gowa…
Mungkin cukup adil bila kita gambarkan bagaimana penderitaan Masyarakat Bone dan Soppeng Ketika itu..
Tahun 1660. Pada pertengahan tahun itu Jennang To Bala (Raja Bone – Regent Gowa) mendapat perintah Karaeng Karungrung… Mengumpulkan 10.000 laki-laki untuk ke Gowa menggali parit dan membangun kubu-kubu pertahanan di sepanjang Kota Somba opu..
Pada akhir bulan Juli tibalah Arung Tanete dengan 10.000 orang Bone di Gowa… mereka membawa bekal, pacul dan linggis sendiri…
Datu Mario (Arung Palakka) dan tawanan perang lainnya datang melihat orang senegerinya itu… malahan Datu Mario (arung Palakka) sering mengawal Karaeng Karunrung apabila beliau pergi memeriksa kemajuan pekerjaan penggalian parit dan membangun kubu-kubu pertahanan itu.
Iba hati Datu Mario (Arung Palakka) melihat penderitaan itu, mereka bekerja dari pagi sampai petang… Dan celakalah barang siapa yang dianggap malas, Mereka didera dengan cambuk oleh mandor-mandor yang tak mengenal peri kemanusiaan. Yang dikhawatirkan akan membangkang, kakinya dipasung (Risakkala) …. banyak juga pekerja yang melarikan diri. Mangkubumi Karaeng Karunrung amat murka akan hal itu. Untuk menggantikan pelarian yang tidak tertangkap kembali, diperintahkan supaya semua tawanan perang yang ada di ibu kota ikut serta dalam pekerjaan itu….
Pada suatu hari di awal bulan september 1660 itu Datu Mario pulang dari pekerjaan menggali parit. Didapati ayahnya telah tiada lagi, beliau telah dibunuh pada hari itu dengan kejam, karena ia mengamuk di hadapan Sri sSultan, disebabkan bermata gelap, melihat beberapa orang Bone disiksa. Mereka itu adalah pelarian dari tempat penggalian parit yang berhasil ditangkap kembali oleh rakyat Gowa…
Peristiwa pembunuhan tersebut menunjukkan betapa Zalim dan kejam Sultan Hasanuddin. Di depannya didemonstrasikan penyikasaan rakyat Bone yang melarikan diri dari tempat kerja paksa, Ayah Aru Palakka datu mario di pancung didepan Sultan Hasanuddin…
Sedangkan penderitaan dimasa penaklukan Gowa atas Bone dan Soppeng bisa diterangkan atas kutipan sebagai berikut :
“…Mereka tidak bebas ke mana-mana, mereka harus melakukan segala kehendak tuannya, nakan dan minum tergantung daripadanya, nasibnya tergantung bulat-bulat kepada belas kasihan atau wewenang tuan-tuannya itu. Akan tawanan perang lain diantaranya dari Soppeng Arung Bila Daeng Mabelo, Arong Belo Tosade, dan Arung Ampanang nasib mereka tidak lebih baik dari Datu mario…
Untuk Menggambarkan kehancuran Ekonomi rakyat Bone Masa Penindasan itu dapat di gambarkan sebagai Berikut :
” Tahun 1660…. pada akhir bulan Juli tibalah Arung Tanete Tobala dengan 10000 orang Bone di Gowa… bekal mereka terdiri dari nasi Jagung dan serbuk ikan kering yang lebih banyak garam daripada ikannya…
Data dan fakta tersebut manggambarkan bahwa Bone di era pendukakan Gowa, mengalami kekurangan persediaan beras, sehingga mereka terpaksa makan nasi jagung saja, lauk-pauknya serba garam. Bekal jagung dan ikan garam tersebut cukup menggambarkan adanya monopoli beras Gowa atas Bone…
Dalam penaklukan Gowa ini bukan saja dalam bidang sosial ekonomi, dalam Budayapun Bone mengalami penghancuran dengan di buatnya peraturan yang mempermudah terjadinya Zinah … di kemukakan sebagai berikut :
“… Raja Gowa pada waktu itu menetapkan bahwa kejahatan Zinah baru terang kalau ada empat mata yang melihatnya. Aru Palakka menentang bahwa ketetapan seperti itu tidak boleh lagi dipakai, karena zinah tidak akan di buat kalau ada yang melihatnya, Jadi raja Bone menetapkan bahwa kejahatan zinah itu sudah terang jika gerak dan aanwizing-nya cukup, walaupun tidak ada yang melihat perbuatan itu”.
Ketetapan Raja Gowa itu merupakan proteksi bagi laskar Gowa yang menduduki Bone pada masa itu, tentu banyak yang melakukan kemaksiatan zinah itu, yang tentunya menimbulkan kehancuran moral dalam masyarakat Bone
Sedangkan masa setelah takluknya Gowa atas Kompeni dan masa berkuasanya Arung Palakka sebagai pemegang kekuasaan atas bekas tanah jajahan Gowa dapat diterangkan sebagai berikut:
Aru palakka tidak mengubah pola sistem dan struktur Kerajaan Bone, sistem dan struktur pemerintahan sebelum penaklukan Gowa dilanjutkan dan dikembangkan. Sistem pemerintahan desentralisasi lebih disempurnakan sehingga negeri-negeri kecil pun dalam kerajaan Bone di berikan kebebasan mengatur pemerintahannya berdasarkan tradisi setempat…
Hal ini menunjukkan bahwa dasar perjuangan Arung Palakka murni pembebasan dan bukan penaklukan seperti masa Kerajaan Gowa dalam penaklukan kerajaan-kerajaan di Sulawesi selatan dan bagian timur nusantara.
Jadi bilamana ada tanggapan mempertanyakan kenapa Aru palakka yang yang dipatungkan bukan Tenriaji yang dijadikan pahlawan. Mungkin dapat saya tanggapi… Jiwa kesatria Arung Palakka sangat mempengaruhi… kakaguman rakyat bone karena dengan gagah beraninya memimpin pemberontakan 11000 orang melapaskan diri dari kerja Rodi… dan di era itulah kememenangan Militer dan politis Rakyat Bone… dan juga mungkin ada rasa ketidak adilan yang turun temurun semenjak 1945 bahwa Arung Palakka adalah seorang penghianat Bangsa… tentunya hal itu tidak bisa diterima oleh rakyat Bone… ketidak adilan sejarah lah yang paling mempengaruhi pemikiran tersebut… sehingga sikap Ksatria Arung Palakka selalu di kenang oleh Rakyat Bone dan Soppeng
Wassalam….
#
Hampir disemua daerah di indonesia menganggap VOC penjahat dan harus diusir.Bgmana dengan arung palakka?? Dan andai saja arung palakka masih hidup di saat sekarang ini,kemungkinan Dia warga negara indonesia atau belanda yach…??
#
seandai nya Hasanudin masih hidup sampai skarang. mungkin saja dia tdk mau mengakui bangsa indonesia..karena dia sdah enak dg kedudukan nya sbg raja, dan msih blum mengerti apa itu Indonesia..
#
Assalamu Alaikum… Kalo anda mash mnganggap Aru Palakka sbagai pengkhianat, apa bedanya beliau dngan Raden Wijaya yg kita kenal sebagai pendiri skaligus raja pertama Majapahit yg bgitu di agung-agungkan oleh orng Jawa? Sejarah mngatakan kalau Raden Wijaya meminta bantuan pada Tentara Mongol yg mendarat di P.Jawa dlam rangka mmbalas perlakuan Kertanagara raja Singosari yg mnolak dan melecehkan utusan Mongol dahulu, Raja Mongol tdk tahu kalau Singosari tlah runtuh oleh Jayakatwng dr Kediri dan Raden Wijaya adlh kturunan dr Raja Singosari maka di adulah oleh R.Wijaya ini antara Jayakatwang dan pasukan Mongol dan diakhiri dng kekalahan Kediri oleh Mongol. Ketika pasukan Mongol berpesta pora dngan minum minuman keras sampai mabuk atas kmenangan itu, Raden Wijaya dengan SANGAT LICIK mngahancurkan tentara Mongol itu yg lg mabuk berat pdahal Mongol tlah mmbantu mmbebaskan bangsanya dr jajahan Kediri…Ok, Aru Palakka minta bantuan Belanda u bebaskn bangsanya dr Gowa tp beliau tdk LICIK sperti Raden Wijaya yg tdk punya rasa terima kasih..dan diluar dr pd smuanya,perlu diingat kalo saat itu belum ada yg namanya Indonesia !!!! Wassalam
#
Redaksi : Sejarah adalah Rahasia yang tak harus terungkap apalagi dengan analisa semata dari generasi yang tidak pada zaman yang sama, mari hargai sejarah kita dengan tidak melebihi fakta-fakta sejarah yang ada, atau kita membuat sejarah baru yang justru memudarkan fakta sejarah yang sesungguhnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tulis Komentar Anda