Rabu, 10 Juni 2009

Kejujuran Dalam Kebisuan

KEJUJURAN DALAM KEBISUAN
Seberkas cerita tuk anak-anak WKMM
Malam itu, pengurus WKMM sedang berkumpul tepatnya di sebuah kosan salah satu pengurus WKMM. Awalnya bermaksud datang tuk mengadakan rapat kepanitiaan, salah satu program kerja organisasi, namun hingga waktu yang tak memungkinkan rapatpun dibatalkan.
Berawal di depan kosan tepetnya pinggir jalan, malam hari tepatnya waktu menunjukkan pukul 22.00, saat di mana jalan sunyi senyap. Akupun dan temanku sandi, yang juga menjabat ketua WKMM dan bercerita tentang apa yang sedang terlintas dipikiran.
Saat itu pula perlahan dari jauh seorang pria setapak demi setapak mendekati kami berdua. Pria yang mengenakan kemeja dan celana kain, style yang menunjukan dia orang yang baik-baik. Kemudian pria yang mungkin umurnya sama kami yaitu sekitaran memasuki dua puluhan. Saat telah menghampiri kami pria dengan mata yang penuh rasa memohon dengan sesuatu itupun mengeluarkan secarik kertas dari kantongnya sambil berbahasa gerak tubuh yang langsung aku tahu bahwa pria tersebut adalah orang bisu.
Akupun mendekat lalu sambil mengambil kertas berlipat yang dia tawarkan kepadaku.
“kenapai tian?” kata sandi
“mungkin orang ini cari alamat” ucapku
Sambil saya dan sandi membaca dan mengamati isi kertas tesebut yang bertuliskan,
“saya mau pulang ke pinrang dan tidak punya uang. Uang mobil Rp28.000. Disini (dimakassar) saya sudah tiga hari mencari kerja tapi susah”. Kurang lebih seperti itulah isinya dan dibalik kertas tersebut tertera juga sebuah tulisan yang sepertinya pria bisu tersebut adalah hasil percakapannya dengan orang lain.
“Faiz..!” ucap sandi memanggil sambil memperlihatkan secarik kertas kepada faiz yang masih di dalam kamar kos.
“Baca sai ini..!” ucap sandi.
Apa itu??? Faiz.
“Ooo” ucap faiz tanda dia mengerti lalu dengan gerak tubuh faiz langsung menyapa orang bisu tersebut dengan bahasa yang kami tak mengerti ternyata faiz bisa berbicara bisu dengan gerak tangan dan tubuh. Faiz pun terlihat saling berkomunikasi dengan orang tersebut. Tidak lama teman kami dua orang cewek dan satu cowok datang dan menghampiri yang penasaran dengan orang tersebut. Dia adalah anna dan evi keduanya adalah mahasiswi AMIK dan aras mahasiswa UNISMUH, teman sejurusan Faiz.
Dengan penuh penasaran kami berenam menghujani sejuta tanya kepada orang bisu tersebut.
Evi penuh penasaran lalu menuliskan sebuah pertanyan di atas kertas “kamu tahu bagaimana naik mobil ke pinrang??” lalu pria bisu menjawab di bawah tulisan evi tadi, pria tersebut menuliskan “ke sentral lalu mengambil mobil daya, dari terminal daya ke pinrang.
“Oooo” kata evi mengerti. Evipun lalu kembali menjelaskan diatas kertas itu lagi “mobil sudah tidak ada” dengan cermat pria itu menjawab dengan tulisan “sampai jam 12”.
“Oooo natauji tawwa” kataku
Sembari semua mengerti sandipun mengajak kami berlima tuk patungan mengumpulkan uang hingga genap untuk uang pulang pria bisu tersebut ke pinrang. Akhirnya kamipun mengeluarkan uang dan mencapai total uang berjumlah lebih, dengan total Rp.31.000.-.
Dengan rasa masih penasaran sandi berkata “tidak mauka kasiki dulu, masi mauka tanya-tanyaki ini orang” sambil memegang uang yang terkumpul. Akupun juga mengamini maksud sandi.
Masih dengan menulis di atas secarik kertas sandi menulis “apakah kamu di izinkan orang tua kamu kesini??” jawab pria itu “saya ke sini cari kerja, ibu di rumah sendiri dan bapak saya telah meninggal 11 hari lalu”. Dan di sudut kertas itu juga pria tersebut menulis “jam 11 saya mau cepat pulang”. Yang kami pahami bahwa ternyata pria bisu ini mengejar waktu, takut tidak dapat mobil karena kemalaman. Sandi pun dengan cepat memberikan uang tersebut, lalu meminta aras tuk mengantarnya hingga ketempat pengambilan pete’-pete’. Evi juga menuliskan untuknya “ hati-hati di jalan dan uangnya di pergunakan baik-baik dan selamat sampai tujuan dan kami juga turut berduka”.

Dari kisah nyata di atas hikmah yang dapat kita petik adalah:
-Semangat hidup mandiri pria tersebut patut dicontoh walaupun dengan kekurangan.
-Kejujuran masalah yang di hadapi pria bisu tersebut menghasilkan sebuah komunikasi sosial yang mempermudah persoalan.
Maka hendaknya pengurus organisasi punya semangat dan kemandirian walaupun serba keterbatasan, dan keterbukaan serta komunikasi akan menuju jalan penyelesaian kendala yang di hadapi.

Talasalapang, 29 Mei 2009
Posting ; Bastian Zainal

1 komentar:

  1. sebuah pengalaman yang sangat berharga. saya ndak tau, apakah ini kebetulan atau tidak, namun saya berharap kejadian tsb dapat membuka mata kita semua, khususnya pengurus WKMM saat ini untuk lebih membuka diri dalam hal berkomunikasi demi terlaksananya proker2 yang telah diplaningkan

    BalasHapus

Silakan Tulis Komentar Anda